Thursday, July 2, 2015

DESTRUCTIVENESS SEBAGAI MEKANISME PELARIAN DIRI (KASUS DR. FREDERICK SHIPMAN)




BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
            Setiap orang memiliki masa lalu, baik masa lalu yang menyenangkan maupun masa lalu yang tidak menyenangkan. Pengalaman yang menyenangkan biasanya akan menjadi sesuatu yang indah di dalam hidup seseorang, sebaliknya pengalaman yang buruk akan menjadi sebuah tamparan dalam hidup seseorang. Dan lazimnya, pengalaman buruk akan lebih mudah di ingat dibandingkan dengan pengalaman yang baik. Tak jarang juga pengalaman yang buruk dapat menyebabkan traumatic sepanjang kehidupan seseorang. Maka, ada beberapa orang yang memperlakukan orang lain sesuai dengan apa yang telah ia alami, dengan tujuan agar orang lain dapat merasakan apa yang ia rasakan.
            Seperti kasus yang penulis angkat dalam makalah ini, seorang dokter bernama Dr. Frederick Shipman, yang memperlakukan orang lain sedemikian buruk agar orang lain dapat merasakan apa yang ia rasakan. Dr. Fred merepress kesedihannya dengan cara mencari kesenangannya yang telah hilang, yaitu membunuh para lansia dengan memberi dosis obat yang salah atau berlebihan. Dr. Fred melakukan ini agar orang lain dapat merasakan kesedihannya semenjak kepergian ibunya yang sangat disayanginya. Dr. Fred memilih Destructiveness sebagai mekanisme pelarian dirinya.
            Penulis mengangkat kasus ini, karena penulis menganggap kasus ini banyak terjadi disekitar kita. Bukan hanya kasus Dr. Fred, ada juga kasus yang sama-sama memilih Destructiveness sebagai mekanisme pelarian dirinya, namun kasusnya tidak serumit kasus Dr. Fred . Kebanyakan kasus seperti ini langsung dijatuhi jeratan hukum, tanpa melihat kondisi psikologis pelaku. Dan cara penulis akan menganalisis kasus ini beberapa teori psikologi, agar dapat diselesaikan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan kondisi psikologis pelaku.
            Destructiveness adalah, suatu perilaku untuk menghancurkan seseorang atau objek. Dengan tujuan mencari atau mendapatkan kekuasaan atau kesenangan seseorang yang telah hilang. Destructiveness dapat terjadi jika seseorang berada di situasi yang menyenangkan, namun tiba-tiba ada hal yang merenggut kesenangannya. Atau dapat juga ditemui pada seseorang yang memiliki kekuasaan, namun kekuasaannya tiba-tiba hilang atau diambil oleh orang lain. Seseorang yang mengalami hal tersebut pasti akan terpukul, maka munculah perilaku Destructiveness ini sebagai hal yang dapat menutupi rasa sedih atau takutnya akan kehilangan sesuatu yang sangat disukai. Seseorang tersebut akan melakukan hal yang buruk kepada orang lain, dengan tujuan untuk membuat orang lain merasakan hal yang sama dengan dirinya. Dengan melakukan hal tersebut maka sang pelaku dapat menimbulkan kembali kesenangan.
Pada kasus ini, Destructiveness terjadi semenjak ia kehilangan ibunya, Dr. Fred sangat terpukul karena kehilangan seseorang yang paling dekat dengannnya. Dr. Fred mengisolasi dirinya sendiri dari lingkungan. Dengan sikapnya yang seperti itu munculah perilaku Destructiveness. Ia ingin orang lain merasakan kesedihannya, maka ia membunuh para lansia karena ibu beliau pergi meninggalkannya pada saat ibunya menginjak usia lansia.
Teori psikologi yang dapat digunakan untuk menganalisis kasis ini, ada 3 dari banyaknya teori psikologi, diantarannya Teori Psikoanalisis dari Sigmund Freud, Teori Humanistic dari Erich fromm dan Teori Behaviour.
Penulis mengangkat kasus ini karena menurut penulis, ini adalah kasus yang sering terjadi di kehidupan kita, namun jarang sekali di analisis secara psikologis. Menurut penulis, perilaku seseorang bisa di analisis dari beberapa sudut pandang teori psikologi, dan juga dengan beberapa sudut pandang tersebut akan ada lebih banyak cara lagi untuk menyelesaikan masalah seseorang.











BAB II
LANDASAN TEORI

            Kasus ini bisa di telaah dari beberapa teori psikologi seperti Psikoanalisis, Humanistis, dan Behavioristik.
A.    Teori Psikoanalisis
Sigmund Freud mengengemukakan bahwa kehidupan memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).

a)      Sadar (Conscious)
Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud, hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (pikiran, persepsi, perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran (consciousness). Isi daerah sadar itu merupakan hasil proses penyaringan yang diatur oleh stimulus atau cue-external. Isi-isi kesadaran itu hanya bertahan dalam waktu yang singkat di daerah conscious, dan segera tertekan ke daerah preconscious atau unconscious, begitu orang memindah perhatiannya ke yang lain.
b)     Prasadar (Preconscious)
Disebut juga available memory, yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tak sadar. Isi preconscious berasal dari conscious dan  clan unconscious. Pengalaman yang ditinggal oleh perhatian, semula disadari tetapi kemudian tidak lagi dicermati, akan ditekan pindah ke daerah preconscious. Materi preconscious bisa muncul kesadaran dalam bentuk simbolik, seperti mimpi, lamunan, salah ucap, dan mekanisme pertahan diri yang lain.
c)      Tak Sadar (Unconscious)
Bagian kesadaran ini adalah bagian yang paling dalam dari struktur kesadaran menurut Freud, dan merupakan bagian terpenting dari jiwa manusia. Secara khusus Freud membuktikan bahwa ketidaksadaran bukanlah abstraksi hipotik, tetapi itu adalah kenyataan empiric. Ketidaksadaran berisi insting, impuls, dan drives yang dibawa dari lahir, dan juga pengalaman-pengalaman traumatic. Materi dalam ketidaksadaran memiliki kecenderungan yang kuat untuk bertahan secara terus menerus dalam ketidaksadaran, pengaruhnya dalam mengatur tingkah laku sangat kuat namun tetap tidak disadari.

Berikutnya adalah tiga prinsip kesenangan menurut Freud, yang sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang, yaitu :
           
a.      Id
Id adalah system kepribadian yang asli, dibawa sejak lahir. Dari id ini kemudian akan muncul ego dan superego. Saat dilahirkan, id berisi semua aspek psikologis yang diturunkan, seperti insting, impuls, dan drives.
Id beroperasi berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Id hanya mampu membayangkan sesuatu, tanpa mampu membedakan khayalan dengan kenyataan. Id juga tidak mampu membedakan mana sesuatu yang benar dan mana yang salah. Jadi, khayalan diperoleh secara nyata oleh id, yang memberikan kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan.

b.      Ego
Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita, sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle). Prinsip realita ini melalui secondary process, yaitu berpikir realistic untuk menyusun rencana dari sesuatu yang didorong id dan menguji apakah rencana itu menghasilkan objek yang dimaksud.
Ego adalah eksekutif dari kepribadian, yang memiliki dua tugas utama yang pertama adalah, memilih stimuli mana yang hendak direspon, atau insting mana yang akan dipuaskan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengang peluang yang resikonya minimal.

c.       Superego
Superego bersifat non rasional dalam menuntut kesempurnaan, superego akan menghukum kesalahan ego, baik yang telah dilakukan maupun yang belum dilakukan atau masih dalam pikiran. Superego juga seperti ego dalam hal mengontrol id, bukan hanya menunda pemuasan tetapi merintangi pemenuhannya. Paling tidak, ada 3 fungsi superego ;
1.      Mendorong ego menggantikan tujuan-tujuan realistic dengan tujuan-tujuan moralistic.
2.      Merintangi impuls  id, terutama impuls seksual dan agresivotas yang bertentangan dengan standard nilai masyarakat.
3.      Mengejar kesempurnaan.

B.     Teori Psikoanalisis Humanistis

Asusmsi Fromm yang paling mendasar adalah bahwa kepribadian individu dapat dipahami hanya dalam sejarah manusia. Fromm mrngambil sikap tengah mengenai sadar versus motivasi bawah sadar, dan sedikit lebih menekankan motivasi sadar dan bersaing karena salah satu ciri-ciri unik manusia adalah kesadaran diri. Fromm menegaskan, bagaimanapun, bahwa kesadaran diri adalah berkat campuran dari banyaknya orang yang menindas mereka demi karakter dasar untuk menghindari kecemasan.






Menurut Fromm ada dua kebutuhan manusia, yakni menjadi bagian dari sesuatu, dan kebutuhan untuk memahami dunia.

a)      Kebutuhan Kebebasan dan Keterikatan
1.      Relatedness
Kebutuhan untuk mengatasi perasaan kesendirian dan terisolasi dari alam dan dari dirinya sendiri. Kebutuhan ini juga bertujuan untuk bergabung fengan makluk yang lain dan menjadi bagian dari sesuatu.
2.      Rootedness
Kebutuhan ini adalah kebutuhan untuk memiliki ikatan-ikatan yang membuatnya merasa nyaman di dunia.
3.      Transcendency
Karena individu menyadari dirinya sendiri dari lingkungannya, mereka kemudia mengenali betapa kuat dan menakutkannya alam semesta itu, yang membuatnya merasa menjadi tidak berdaya. Lalu individu mengatasi rasa takutnya itu dengan cara berubah dari makhluk ciptaan menjadi pencipta. Individu berjuang untuk mengatasi sifat pasif dikuasai alam menjadi sifa aktif.
4.      Unity
Kebutuhan untuk berdamai dengan orang lain dengan cara berusaha untuk menjadi manusia seutuhnya melalui berbagi cinta dan bekerja sama dengan orang lain.

5.      Identity
Kebutuhan untuk menjadi “aku”, kebutuhan untuk sadar akan dirinya sendiri sebagai sesuatu yang terpisah.





b)     Kebutuhan untuk Memahami dan Beraktivitas
1.      Frame of Orientation
Seperangkat keyakinan mengenai eksistensi hidup, perjalan hidup-tingkah laku bagaimana yang harus dilakukannya, yang mutlak dibutuhkan untuk memperoleh kesehatan jiwa.
2.      Frame of Devotion
Kebutuhan untuk memiliki tujuan hidup yang mutlak. Mengarahkan pencarian makna hidup, menjadi dasar dari nilai-nilai dan titik puncak dari semua perjuangan.
3.      Excitation-Stimulation
Kebutuhan untuk melatih system syaraf, untuk memanfaatkan kemampuan otak.
4.      Effectivity
Kebutuhan untuk menyadari eksistensi diri melawan perasaan tidak mampu dan melatih kompetensi atau kemampuan.

Selain kebutuhan manusia terdapat juga mekanisme pelarian diri menurut Fromm, yaitu Authoritarianism. Dimana adanya kecenderungan untuk menyerahkan kemandirian diri dan menggabungkannya dengan seseorang atau sesuatu di luar dirinya, untuk memperoleh kekuatan yang dirasakan tidak dimilikinya.

a)      Sadisme
Sadisme bertujuan untuk mengurangi kecemasan dasar dalam mencapai kesatuan atau lebih. Sadism juga merupakan bentuk neurotic yang lebih parah dan lebih berbahaya karena mengancam orang lain.
b)     Destructiveness
Destructiveness tidak bergantung pada hubungan berkesinambungan dengan orang lain. Destructiveness adalah menghancurkan seseorang atau suatu objek. Destructiveness merupakan suatu usaha untuk mendapatkan kembali kekuasaan atau kesenangan yang hilang.

C.    Teori Behavioristik
Teori ini menganalisa perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, digambarkan, dan diramalkan. Behaviorisme tidak mempersoalkan apakah manusia itu baik atau buruk, rasional atau emosional. Behaviorisme hanya ingin mengatahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh factor-factor lingkungan. Dalam arti, secara garis besar teori ini lebih menekankan pada tingkah laku saja.

Kronologi Kasus

            Dr. Frederick Shipman, pembunuh berantai 215 pasien. Kisah tentang pembunuhan berantai kurang pas jika tidak menyinggung sepak terjang seorang dokter dari inggris, Dr. Harold Frederick Shipman. Sebagai seorang dokter, seharusnya sudah menjadi kewajibannya menyembuhkan pasiennya.
            Tapi, Dr. Fred malah memberikan dosis mematikan diamorphin kepada banyak pasiennya yang kebanyakan adalah lansia. Dari hasil peneyelidikan polisi Inggris, Fred setidaknya telah membunuh 215 orang yang selama ini menjadi pasiennya. Tapi meski dihukum seumur hidup plus tidak boleh dibebaskan dari penjara, Fred menyangkal semua tuduhan itu.
            Fred bekerja di sejumlah rumah sakit seperti di Todmoren, West Riding, Yorkshire dan Hyde. Ia melakukan aksi pembunuhan terhadap pasien-pasiennya dimulai pada 1975 dan berakhir pada 1998, ketika polisi melakukan investigasi.
            Di awal kariernya sebagai pembunuh, Fred memberikan dosis berlebihan yang mematikan kepada 15 pasiennya. Aksi dokter yang berprestasi itu terus berlanjut , dan menurut perkiraan polisi Yorkshire, korban Fred lebih dari 250 orang.
            Fred tidak hanya menghabisi nyawa pasiennya, tetapi juga membuat sertifikat kematian mereka dan menuliskan factor tua sebagai penyebab kematiannya itu. Sampai akhirnya, seorang dokter di Brooker Surgery, Hyde, Dr Linda Reynold, mereka curiga atas tingginya angka kematian pasien Fred. Bersama dokter lainnya, mereka pun melaporkan keganjalan tersebut kepada polisi yang kemudian memulai investigasi atas kasus yang kemudian dikenal sebagai Shipman Case itu, dan penyelidikan disebut Shipman Inquiry.
            Dari proses pengadilan yang berjalan beberapa lama, Fred dinyatakan bersalah dan terbukti telah membunuh sedikitnya 215 orang yang kebnayakan adalah lansia. Dengan dinginnya, Fred menolak semua tuduhan tersebut. Ia selalu beralasan kondisi kesehatan para orang tua itu memang tidak bagus dan menyebabkan kematian. Namun Fred tidak dapat membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah. Ia pun harus mendekam di penjara dengan keamanan tingkat tinggi di Dwakefield Prison, West Yorkshire.
            Polisi hanya bisa meraba-raba tentang segala alasan diballik tindakan brutak terhadap ratusan pasien Fred. Menurut mereka, ada alasan yang kuat untuk menjadi penyebab Fred tega menghabisi nyawa pasiennya.
            Pertama, ia sangat menikmati jalannya proses kematian orang-orang yang bisa ia saksikan langsung. Ia juga sangat meresapi peran yang dimainkannya sebagai dokter yang mampu mengontrol hidup dan mati seseorang.
            Yang jelas, kehidupan Fred berubah sejak ibundanya tercinta meninggal di usia 42 tahun akibat kanker paru-paru. Fred yang merupakan anak kesayangan sang ibu dari tiga bersaudara tersebut merasa tertekan dan berubah menjadi anak yang suka mengisolasi diri dikamar.
            Ia pernah terjebak dalam ketergantungan obat-obatan. Pada saat sudah menjadi dokter pun, ia sempat bermasalah dengan narkotika dan lainnya sampai harus di rehabilitasi. Fred kemudian kembali praktek sebagai dokter. Pada 13 January 2004, Fred di temukan tewas gantung diri dikamar selnya. Kematian sang dokter pembunuh berantai itu segaligus menutup misteri yang belum terungkap tentang motif dibalik aksi mencabut nyawa para pasiennya itu.






Analisis Kasus
            Dalam kasus ini, Fred mengalami traumatic yang tidak ia sadari secara langsung karena ia telah kehilangan seseorang yang paling dekat dengannya yaitu ibunya. Traumatic ini terjadi dipikiran bawah sadarnya (unconscious), dan secara tidak langsung ia merepress apa yang ia rasakan. Lalu setelah adanya traumatic pada diri Fred , munculah sebuah struktur psikologis yang menghasilkan prilaku. Dimana Fred membunuh pasien-pasiennya agar keluarga sang pasien dapat merasakan apa yang ia rasakan saat ia kehilangan ibunya. Id nya mendorong Fred untuk memenuhi apa yang dibutuhkan id. Namun, tindakan yang dilakukan melanggar superego. Jadi Fred mengatakan bahwa pasiennya meninggal dunia karena memang factor usiannya.
            Dari sisi teori Erich Fromm, hal pertama yang menyebabkan perilakunya ini karena adanya kebutuhan menjadi pencipta (Transdency). Fred yang merasa sendiri ini menutupi perasaan ketakutannya itu dengan cara negative, yaitu dengan merusak orang lain. Lalu Fred menggunakan mekanisme pelarian diri destructiveness. Dimana Fred selalu berusaha untuk merusak atau menghilangkan orang lain. Dan cara yang dipilih Fred adalah dengan membunuh orang lain.
            Jika di tinjau dari teori Behavior, perilaku Fred merupakan hasil dari proses belajar. Karena didalam teori ini tidak ada hal yang dianggap baik ataupun dianggap buruk. Teori ini mementingkan pembentukan reaksi atau respon dari hasil belajar dimana akan muncul perilaku yang diinginkan.  Selain itu teori ini juga menganggap bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh penguatan reinforcement dari lingkungan. Jika kasus Fred dalam teori ini tidak bisa dianggap sebagai suatu yang baik maupun suatu yang buruk, secara factor lingkunganlah yang memperkuat munculnya perilaku Fred.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
            Di masa kecilnya, Dr. Fred sangat bergantung pada ibunya. Karena, Dr. Fred merupakan anak kesayangan ibunya, selain itu beliau juga merupakan anak yang berprestasi. Namun, dokter yang berprestasi itu mengalami depresi berat saat ibunya meninggal dunia akibat kanker paru-paru pada usia 42 tahun. Dr. Fred sempat mengisolasi dirinya dikamar dan sempat masuk ke dalam perangkap obat-obatan terlarang. Hal ini di karenakan beliau mengalami kesedihan yang sangat mendalam. Akhirnya, munculah id atau prinsip kesenangannya. Kebutuhan akan kesenangan tersebut akan terpenuhi jika ia dapat melihat orang lain tersiksa, sama seperti yang ia rasakan. Dr. Fred membutuhkan dirinya menjadi penguasa (transdency) yang dapat menentukan umur seseorang. Kebutuhannya ini dipenuhi dengan mekanisme pelarian diri destructiveness dari eruch Fromm.
            Ia memberi dosis yang berlebihan kepada pasiennya yang mayoritas adalah lansia. Ia mencari kesenangannya yang hilang dengan melihat pasien-pasiennya tersiksa, beliau sangat menikmati proses kematian pasiennya. Dan juga ia sangat puas jika melihat keluarga pasiennya bersedih.
            Karena ia mengetahui bahwa perilakunya melanggar superego, maka ia membuatkan sertifikat kematian untuk semua pasien yang ia bunuh. Beliau mengatakan factor kematian pasien semata-mata karena factor usia.
            Karena tingginya angka kematian pasien Dr. Fred, timbulah kecurigaan dari rekannya, Dr. Linda Reynold. Lalu ia mendiskusikan hal ini bersama rekan dokter yang lain. Mereka pun sepakat untuk melaporkan hal ini kepada pihak yang berwajib. Saat terakhir penelitian kasus tercatat korban dari Dr. Fred sedikitnya adalah 215 orang. Fred dipenjarakan, namun pada tanggal 13 Januari 2004 beliau ditemukan tewas gantung diri dikamar tahanannya. Sejak saat itu kasus Dr. Fred ditutup dan tidak diteliti secara lanjut.


Saran
            Destructiveness bukanlah sebuah gangguan jiwa, melainkan hanya mekanisme pelariaan diri seseorang untuk menghadapi masalah yang sedang dialami. Hal seperti itu seharusnya tidak seharusnya di asingkan atau diisolasi dari libgkungan ataupun  langsung di jatuhkan jerat hukum yang berat.
            Ada baiknya sebagai seorang psikolog, kita dapat menelaah kasus ini dari kacamata psikologi. Begitu banyak teori psikologi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah semacam ini. Setidaknya harus mengetahui terlebih dahulu keadaan psikologis pelaku, dan apa motifnya melakukan tindakan ini.
            Biasanya untuk mengetahui keadaan psikologis seseorang, akan dilakukan tes psikologi dengan berbagai macam tes, salah satunya menjalin komunikasi dengan pelaku. Atau bisa juga memberi tes-tes Psikodiagnostik, seperti tes Rorschach, dimana kartu-kartu tes memiliki makna yang ambigu. Orang yang memiliki gangguan atau trauma biasanya akan mempersepsikan gambar-gambar tersebut menjadi sesuatu yang menyeramkan.
            Jika sudah mengetahui keadaan psikologis pelaku, dan apa motif dibalik tindakannya, kita dapat mencari teori psikologi yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Beberapa teori psikologi memiliki cara atau terapi untuk mengurangi gangguan yang dialami seseorang. Kita dapat memilih terapi yang paling efektif untuk masalah ini. Maka kita tak harus menghakimi pelaku dengan hujatan-hujatan, apalagi kekerasan baik verbal maupun non verbal.
            Selain itu, kita juga dapat mendorong pelaku untuk melakukan terapi psikoanalisis, seperti terapi psikoanalisis Analisis dan Penafsiran Resistensi dan Analisis dan Penafsiran Transferensi. Dimana Analisis dan Penafsiran Transferensi bertujuan untuk mendorong client menghidupkan kembali kehidupan masa lalunya dalam terapi. Setelah client mengingat kehidupan dimasa lalunya, kita lakukan lagi Analisis dan Penafsiran Resistensi yang bertujuan untuk menyadari alasan-alasannya dibalik resistensi sehingga client bisa menanganinya sendiri.



DAFTAR PUSTAKA


Feist, J., & Feist, G. J. 2014. Teori Kepribadian, Buku 1 Edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika
Feist, J., & Feist, G. J. 2014. Teori Kepribadian, Buku 2 Edisi 7. Jakarta : Salemba Humanika
Markam, S. S., & Slamet, Suprapti. I. S. 2007. Psikologi Klinis. Jakarta :
Universitas Indonesia
Prabowo, Hendro., & Riyanti, Dwi. B. P. 1998. Psikologi Umum 2. Jakarta :
            Universitas Gunadarma
http://marwan-bajang.blogspot.com/2011/10/teori-belajar-behaviorisme-sosial.html
http://cellucello.blogspot.com/2013/03/terapi-psikoanalisis.html

Saturday, January 10, 2015

Untitled 2

Love is all that I can give to you, love is more than just a game for two..

Lagu yang jadi teman ku dipagi yang cerah ini. Hahhh.. rasanya kurang bersemangat untuk pergi ke kampus, harusnya hari ini aku libur. Tapi, apa boleh buat...

"Selena.. Ayo cepat siap-siap nak udah jam setengah 7 loh. Katanya kamu masuk jam 8?"

Okay sudah terdengar ocehan ibu Negara.

"Iya mam, sebentar lagi Selena turun."
Dengan kaki yang malas ini aku menuruni setiap anak tangga. 1.. 2.. 3.. akhirnya aku sampai di lantai bawah.

"Ayo makan dulu, udah mami buatin lasagna nih special sama juice strawberry juga."
Ah! Lasagna! Strawberry! Tanpa ragu aku langsung menyantap makanan favoritku. Yum.. Perutku terasa penuh, aku pun melangkahkan kaki menuju gerbang Komplek ku.

"Duh ileh.. Angkot lama banget. Gak tau orang pegel kali ya berdiri kaya gini."

"Woy!!! Pagi-pagi udah ngedumel aja mbak."
Sepertinya aku sangat mengenal suara itu, saat aku menoleh ke belakang benar saja itu adalah suara Rosa, sahabatku sejak kelas 1 SMA yang sekarang tinggal 1 komplek dengan ku.

"Iya, lagian angkot lama banget. Gue ada jam kuliah pengganti nih jam 8."

"Sama dong gue juga harusnya masuk jam 8 tapi gue kesiangan, padahal gue harus nunggu kereta lagi nanti. Hehehe.."

"Yeee, itu sih emang dasar kelakuan lo aja Ros. By the way tuh angkot kita dateng, cussss.."
Sepanjang perjalanan kami bercakap tentang banyak hal dan tiba-tiba...

"Eh Sel, gimana lo masih suka galauin Sam gak? Hahahaha"
Samuel? Lagi?

"Kok kepo sih, Ros?"

"Cieee.. Masih galauin Sam nih ye. Bilang ah kalau nanti gue ketemu Sam di kampus." Muka Rosa meledek ku dan pipiku sontak merah padam. Aku pun spontan langsung mencubit tangan Rosa.

"Eh jangan rese!!!! Gila lo, katanya temen tapi kok gitu? Lagian lo kenapa sih tiba-tiba nanyain Sam? Tumben banget."
Muka ku sekarang semakin seperti tomat yang merah karena rasa malu bercampur dengan rasa kesal.

"Ya gak apa-apa Sel, gue cuma iseng kok hahahaha eh udah deket stasiun nih, gue turun duluan. Nih bayarin sekalian ye.." Ucap Rosa sambil menyodorkan selembar lima ribuan.

"Iya sana hati-hati kuliah yang bener!"
Tak lama Rosa pun turun dari angkot, sekarang aku terdiam dalam seribu tanya di benakku.

Samuel.. Kuliah gak ya sekarang? Udah sarapan belum ya? Dia pacarnya sekarang siapa ya? Apa tanya Rosa aja kali ya? Ah nggak deh. Eh gue kenapa jadi mikir begini sih, ah emang Rosa nih gara-garanya.

Entah kenapa hari itu aku selalu memikirkan Sam, seakan-akan dia menari-nari di benakku. Sam..
Rasanya segala sesuatu yang aku lihat membuat ingatanku akan Sam semakin tajam. Semakin teringat sosok di masa laluku itu.
Saat kuliah pengganti selesai, aku pergi ke sebuah rumah makan bersama teman-teman sekelasku. Dan tanpa sadar aku memesan seporsi nasi goreng dan segelas lemon tea, by the way itu adalah menu favorit Sam.

Okay tugas menenangkan cacing yang berdemo di perut pun selesai, semuanya saling bertukar cerita, lebih tepatnya bergossip sih.. Namun, aku sepertinya sangat tidak bersemangat untuk ikut berkecimpung dalam obrolan teman-temanku.
Rasanya dada ini sesak karena terus terbayang sosok Sam, dengan senyuman dan mata indahnya itu. Aku pun pamit pulang kepada teman-temanku.

"Ah gak asyik ah, masa buru-buru gitu." Ujar Jason, teman dekatku di kampus.

"Yah, sorry deh Jas, nyokap minta ditemenin arisan soalnya jam 5." Aku mulai beralasan.

"Yaudah deh, hati-hati ya Sel."

Aku berjalan meninggalkan jejak dikampus ku. Tapi, kenapa tiba-tiba ada rasa yang aneh? Aku pulang tidak lewat jalan biasanya. Tapi, aku malah melewati jalan-jalan yang justru membuat jarak ke rumah ku semakin jauh. Ya, itu adalah jalan-jalan yang sering aku lewati bersama Sam, dulu. Aku melewati sebuah pos ronda di ujung jalan, aku masih ingat saat hujan deras mengguyur sore itu, lalu aku dan Sam berteduh di pos itu.

Aku masih ingat canda tawa kita dulu saat mentertawakan seorang anak muda yang menggigil karena basah kuyup.

"Cie, dia kedinginan tuh Sel, gak ada yang meluk cie.."

"Eh, jangan sombong gitu. Nanti kalau aku udah sampai rumah juga kamu pulangnya sendiri gak ada yang meluk di motor."

"Yeee enggaklah gak liat nih jacket aku tebel?"

"Ngeyel kamu jelek, liat aja nanti."
Ketika aku sudah sampai dirumah, ada telepon dari Sam, "Hallo Sam, kenapa?"

"Aku mau cerita nih, kayanya aku kualat deh sama orang yang tadi. Aku pulang kedinginan jadi menggigil gitu sekarang." Aku spontan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Sam.

"Makanya, jangan suka ngetawain orang. Kena batunya kan? Yaudah sana selimutan gih, tapi bikin teh hangat dulu."

"Iya sayang, maaf deh aku gak gitu lagi. Yaudah aku bikin teh dulu ya. Kamu jangan lupa makan lho.."

"Ayey Captain! Ini aku mau makan, jangan menggigil lagi ya jelek. Bye.."

"Iya Sel, bye.."

Ah, rasanya percakapan itu masih terngiang jelas di telingaku. Lamunan ku pun buyar saat aku melihat gapura komplekku. "Bang, kiri bang.." Aku turun dan segera berjalan menuju rumah.
Lapangan basket ini... Tempat aku dan Sam bermain setiap sore. Aku masih ingat aku selalu dicurangi Sam saat main basket karena dia lebih tinggi dari pada aku. Aku memutuskan untuk duduk di tepi lapangan.

"Ayo ambil dong bolanya, payah bgt."

"Ye! Kamu jangan curang! Kamu kan gede kaya raksasa. Jadi susah kan aku ambil bolanya."

"Bukan aku yang kaya raksasa, tapi kamu aja kecil kaya kurcaci."

"Tuh kan, jahat banget sih.." Aku memasang wajah memelas.

"Hahahahaha aku bercanda sayang. Jangan sedih gitu dong." Kata Sam yang memasang muka meledek sambil mencubit pipiku.

Kenapa ingatanku tentang Sam semakin jelas? Aku merasa semakin sesak. Tiva-tiba lewat lagi kenangan ku bersama nya yang lain.

"Kita balapan sampai ujung jalan sana, yang kalah harus gendong yang menang." Sam menantangku sore itu. Kami memang sering bersepeda bersama karena jarak komplek kami tidak terlalu jauh.

"Siapa takut!" Akhirnya sepeda kami meluncur dan ternyata aku kalah. Saat aku turun dari sepeda, Sam menggendongku.

"Loh, kan aku yang kalah kenapa aku yang digendong?"

"Aku tanya ya, emang kamu kuat gendong aku?"

"Ya enggak sih.. hehehe yaudah gantinya aku gendong kamu naik sepeda aja deh."

"Emang kamu bisa? Kalau nanti jatuh gimana Sel?"

"Jatuh kan kebawah Sam, jangan kecut gitu deh."

"Wah nantangin, yaudah ayo boncengin aku ke taman ya. Nanti dari taman kesini aku yang bonceng kamu buat ambil sepeda aku."

"Bawel, ayo naik sini adik Sam yang imut-imut biar kakak Selena bonceng."

Aku mengayuh sepeda dengan tergopoh-gopoh. Sam berat sekali. Kaki ku mulai terasa lemmas, aku kehilangan keseimbangan dan....

Brukkk..

"Aduh, jatoh kan kita Sel. Belagu sih kamu.."

"Ih maaf Sam, aku kan gak sengaja. Sakit ya? Maafin aku."

"Gak apa-apa kok sayang, sini naik ke belakang, aku aja yang bonceng. Kita ambil sepeda ku dulu ya.."

Senyuman itu membuat rasa lelah ku hilang.

Tak terasa senja mulai menyapa, aku langsung beranjak dari lamunan ku dan pulang kerumah. Sesampainya dirumah mami bertanya mengapa muka ku sedih, namun aku hanya menjawab, "Mami kok kepo?"
Mami mengusap rambutku dan menyuruh ku untuk mandi.

Badanku sudah terasa segar kembali, aku merebahkan tubuhku ke tempat tidur ternyaman sepanjang masa. Aku menoleh ke arah kanan, dimana foto aku dan Sam masih terbingkai rapih. Aku menyadari ternyata hari ini aku berada di puncak kerinduan. Aku mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen. Lalu aku menuliskan sebuah surat kecil untuk Sam.

Untuk, Sam.Tahun sebentar lagi akan berganti. Tapi, perasaan ini.... Masih sama, belum ada yang bisa menggantikan kamu.Entahlah waktu ku terasa semakin hampa tanpa ditemani suara mu, semakin getir dengan segala sesak akan kerinduan ini.Mungkin sekarang hanya aku yang merindu, mungkin sekarang hanya aku yang masih menyelimuti bongkahan-bongkahan kenangan yang dulu kita tempa bersama.Mungkin sekarang hanya aku yang masih menikmati rasa cinta kita, yang dulu.Sekarang bukan lagi aku yang kau dekap saat pagi terbit dari ufuk timur. Aku bukan lagi tempat kau bercerita saat lelah menghampirimu di waktu senja. Bukan aku juga yang kau kecup saat bulan bersenandung membuai malam.Mencintai kamu masih terasa sangat indah, masih bisa membuatku tersenyum malu saat mengingat hari-hari kita dulu. Mendengar kabar kamu baik-baik saja rasanya sangat lega. Artinya Tuhan masih mengizinkan aku untuk menjagamu dari kejauhan.Lembar demi lembar potret kebahagiaan kita dulu masih ku pandangi, berharap aku bisa mengulang waktu agar aku bisa merasakan lagi menjadi alasan kau tersenyum. Tapi, mungkin sekarang aku bukan lagi alasan kamu tersenyum. Aku juga merindukan wajahmu yang tersipu malu saat aku mengatakan bahwa kamu adalah hal terindah.Ya.. Lagi-lagi sekarang bukan aku yang membuat wajahmu merah padam. Tapi, setidaknya aku pernah menjadi seseorang yang membuat mu tersenyum.Jika bisa ku teriakkan rindu ini, akan ku lantangkan sekencang-kencangnya. Namun, jarak dan waktu masih memenjarakan aku disni.Aku masih belum tahu pasti seberapa sering lagi bibir ini harus mengucap doa agar tangan kita dipersatukan kembali. Aku juga masih belum tahu kapan waktu mengizinkan kita untuk saling bertatap lagi.Tapi, aku yakin, dibalik semua yang kita jalani sekarang ini akan ada akhir yang manis. Dan aku masih menantimu.Hari-hari ku yang sendiri bagaikan secangkir kopi pahit di pagiku.Namun, mengingat tawa canda kita dulu, sambil melihat senyummu di bayangku membuat kopiku menjadi manis. Aku sangat menikmati secangkir kopiku.Setiap harinya hanya doa yang selalu ku pannjatkan agar kebaikan dan  kebahagiaan selalu berpihak padamu.Sampai bertemu lagi, Sam.

Rasa kantuk mulai menusuk mataku, ku coba pejamkan mata. Berharap aku bisa bertemu dengan Sam di alam mimpi. Setidaknya itu bisa menawar rasa rinduku yang begitu pekat hari ini.
Selamat malam.

Psikoterapi

Psikoterapi : Psikologi Klinis dalam Internet
P
sikoterapi berasal dari 2 kata yaitu “Psyche” yang artinya jiwa, dan “Therapy” yang artinya penyembuhan. Terapis adalah, adalah orang yang melakukan psikoterapis, dan klien adalah orang yang berkonsultasi tentang masalahnya kepada terapis. Jadi psikoterapi adalah, usaha penyembuhan untuk masalah yang berkaitan dengan pikiran, perasaan, kejiwaan, mental dan perilaku seorang terapis kepada klien yang bermasalah atau berada dalam situasi kejiwaan yang tidak sama dengan kejiwaan seseorang dalam keadaan normal. Psikoterapi merupakan proses interaksi formal dua pihak antara terapis dengan klien yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada satu klien. Terapis membantu klien menimalisir masalahnya dengan memberikan masukan-masuk atau sugesti-sugesti positif pada klien. Pada dasarnya setiap individu memiliki kemungkinan untuk dapat dipengaruhi melalui intervensi psikologi yang direncanakan.
Belakangan ini sangat tidak asing lagi melakukan psikoterapi via internet atau via online. Dimana internet menjadi media penghubung terjadinya komunikasi antara si terapis dengan klien. Biasanya orang yang melakukan psikoterapi online ini adalah orang yang cenderung malu untuk menceritakan masalahnya secara langsung kepada orang lain. Lalu, bisakah dunia psikologi memberikan dampak yang lebih besar lagi bagi masyarakat dengan memanfaatkan perkembangan internet, membuat mental seseorang lebih sehat tanpa ia harus meninggalkan rumah? Secara umum, penggunaan internet saat ini sudah sangat luas fungsi dan pemakainya, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Data dari World Bank menyebutkan bahwa penggunaan internet dalam kehidupan sehari-hari di negara berkembang terus meningkat setiap tahunnya dari 5,7% di tahun 2004 hingga 26,5% di tahun 2012.

Kenyataannya, fungsi internet sebagai sarana mencari pertolongan saat menghadapi masalah psikologis juga semakin marak berkembang. Banyak ODMK (orang dengan masalah kejiwaan), termasuk orang dengan depresi yang melakukan hal tersebut. Depresi sendiri adalah sebuah kondisi gangguan psikologis yang ditandai dengan perasaan sedih atau kekosongan mendalam, seolah merasa terperosok ke dalam lubang yang gelap dan sulit untuk keluar. Penelitian menunjukkan bahwa setiap orang akan atau pernah mengalami depresi di suatu masa dalam hidupnya, dan itu merupakan hal yang wajar. Namun perlu diperhatikan bahwa depresi bisa bersifat ringan, sedang, hingga berat, dan penanganan yang diberikan perlu disesuaikan dengan tingkat depresi yang dialami.

Nah, fenomena penggunaan internet oleh orang-orang dengan depresi ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa orang yang sedang depresi biasanya menjadi kurang bersemangat beraktivitas, enggan keluar rumah dan menemui orang lain. Namun, perlu diingat bahwa gejala tersebut tidak serta merta membuat mereka sama sekali tidak termotivasi untuk memperbaiki kondisi mereka! Walaupun seringkali sangat kecil, motivasi itu tetap ada dan itulah yang mendorong mereka untuk mencari pertolongan melalui internet karena mereka dapat melakukannya seorang diri, tanpa perlu diketahui oleh orang lain.

Sebuah penelitian menarik mengenai rekomendasi masyarakat terkait cara menghadapi depresi yang diadakan pada tahun 2011 di Vienna, Austria, menunjukkan bahwa 48,4% dari total sekitar 500 responden melakukan dan menyarankan orang lain untuk mencari informasi seputar depresi dari internet. Sementara itu, 39,8% melakukan dan menyarankan orang lain untuk mencari forum online untuk berkomunikasi dengan sesama pengidap depresi. Fakta ini sangat menarik, karena walaupun 94% responden memilih untuk mencari dukungan dari orang terdekat secara langsung, tetapi terlihat pula bahwa internet sudah menjadi salah satu sarana yang dapat diandalkan untuk mencari pertolongan ketika menghadapi depresi.

Indonesia pun tentu tidak terlepas dari perkembangan penggunaan internet untuk pertolongan depresi ini. Melalui social media facebook misalnya, dapat ditemukan dengan mudah grup-grup yang sengaja dibuat untuk mempertemukan orang-orang yang mengidap gangguan mood, termasuk depresi, dan di sana, mereka dapat saling berbagi cerita satu sama lain. Tidak jarang juga ada psikolog atau psikiater yang aktif terlibat dalam diskusi. Salah satu contoh grup tersebut bernama Bipolar Center Indonesia yang sudah memiliki lebih dari 1.000 anggota di Facebook. Komunitas “Bipolar Center Indonesia” ini juga seringkali mengadakan kegiatan tatap muka, namun tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan grup Facebook tersebut membawa banyak manfaat bagi para anggotanya.

Sebagai tambahan, pengalaman penulis menunjukkan bahwa banyak orang yang mengirim email ke email pribadi penulis untuk berkonsultasi seputar depresi yang mereka alami. Banyak dari mereka mengaku enggan pergi ke psikolog/ psikiater karena berbagai alasan, tetapi termotivasi untuk mencari pertolongan via internet.

Di negara-negara maju, seperti Inggris, Australia, Swedia, dan Belanda, penggunaan internet untuk penanganan psikologis yang terstruktur sudah marak dilakukan. Banyak psikolog di negara-negara tersebut mengembangkan website berisi terapi psikologis dengan sasaran para pengidap depresi dan berbagai gangguan psikologis lainnya (lihat :www.moodgym.anu.edu.au untuk salah satu contoh terapi psikologis untuk depresi via website berbahasa Inggris). Sejak tahun 2010, sekelompok peneliti dari Eropa di bidang psikologi klinis bahkan sudah menemukan bahwa perilaku mencari pertolongan psikologis melalui internet dan melalui website terapi psikologis memiliki efektivitas yang setara dengan pertemuan tatap muka dengan psikolog.

Terapi online kini bisa membantu pasien dan membuat jarak menjadi dekat serta yang enggan menjadi mau. Ini menarik untuk pasien yang malu dicap sebagai terganggu jiwanya jika duduk di antrian ke psikiater.

Sebuah penelitian oleh University of Zurich di Swiss dan University of Leipzig di Jerman dan terbit di Journal of Affective Disorders menemukan bahwa psikoterapi lewat internet sama efektifnya dengan psikoterapi langsung. Menurut peneliti, mereka telah mencoba perawatan depresi secara online yang menggunakan metode dan perawatan psikatri yang sama dengan yang dilakukan jika bertatap muka langsung.

Dari penelitian, sebanyak 62 pasien dengan depresi menerima terapi kognitif perilaku dalam jangka waktu dua bulan. Setengah dari pasien mendapatkan waktu tatap muka seminggu sekali selama satu jam dengan psikiater dan sisanya menerima perawatan lewat internet yang terdiri dari menulis tugas dan feedback dari terapis (tanpa interaksi video chatting).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang berbeda dari hasil terapi dengan dua cara yang berbeda ini. Depresi menghilang pada 50% pasien yang langsung bertatap muka dan 53% dari mereka yang dirawat lewat dunia maya.

Setelah tiga bulan, penelitian lanjutan menunjukkan bahwa efek perawatan online ternyata lebih tahan lama dimana pasien yang mendapatkannya sebanyak 57% merasa hidupnya lebih maju dan pasien yang bertatap muka hanya 42% saja yang merasa ada perkembangan signifikan.

Para ahli berpendapat bahwa terapi lewat internet yang lebih menekankan kemandirian menjadi salah satu faktornya. Walau begitu, karena online dan anonim, pasien bisa dengan mudah keluar dari program sehingga cukup sulit untuk memantau lebih lanjut bagi mereka yang keluar begitu saja. (PopularScience)
 Cara seperti ini mempermudah konsultasi. Karena memiliki beberapa keuntungan seperti :

1.Masalah lokasi, misalnya lokasi penyedia layanan kesehatan mental terlalu jauh atau sulit terjangkau. Bisa juga karena klien sering bepergian dan jarang menetap di suatu lokasi, jadi sulit baginya mengunjungi satu lokasi layanan kesehatan mental secara rutin.

2.Klien sulit menyesuaikan waktu dengan jadwal praktek psikolog/ psikiater yang biasanya hanya tersedia pada jam kerja.

3.Biaya konsultasi dengan psikolog/ psikiater yang terbilang mahal untuk klien-klien dengan latar belakang sosial ekonomi tertentu. Hal ini mendorong klien untuk mencari pertolongan lewat jalan lain terlebih dahulu yang lebih ekonomis, salah satunya melalui internet.

4.Klien merasa terdorong dan percaya bahwa dirinya dapat berperan mandiri dalam mengenali dan menghadapi masalah kesehatan mental, dalam hal ini depresi, yang sedang ia hadapi.

5.Klien yang memiliki motivasi tinggi untuk menyelesaikan masalah yang sedang ia hadapi merasa cocok dengan gaya mencari pertolongan via internet karena ia akan banyak mengandalkan dirinya sendiri selama proses konsultasi atau terapi psikologis.

6.Banyak sekali klien yang sudah cakap dengan penggunaan internet dan gadget, sehingga mudah bagi mereka untuk mencari informasi terkait masalah psikologis yang mereka alami melalui internet. Sekalipun klien memiliki kesulitan, ia dapat dibantu oleh orang terdekat di rumah untuk menggunakan internet.

7.Banyak pengidap gangguan psikologis, termasuk pengidap depresi, menyatakan bahwa mencari pertolongan di internet secara umum dapat lebih membebaskan mereka dari stigma bahwa mereka memiliki gangguan jiwa daripada jika mereka pergi menemui psikolog atau pergi ke rumah sakit jiwa.
Selain itu biasanya orang yang melakukan psikoterapi ini pada titik awal masalahnya biasanya memberi keuntungan seperti dapat menghapus, mengubah, dan menghambat gejala lebih lanjut. Selain itu juga meningkatkan pertumbuhan kepribadian yang positif.
Namun dibalik beberapa keuntungan tersebut juga terdapat keterbatasan dalam psikoterapi online ini, seperti :
1. Sang terapis kurang tahu lebih tentang kondisi pasien, karena sang terapis tidak mengetahui bahasa tubuh klien, karena selain mendengarkan cerita klien secara langsung, terapis juga harus melihat bahasa tubuh klien.
2. Hasilnya kurang akurat karena tidak terjadinya komunikasi secara langsung.
Ada beberapa contoh aplikasi psikoterapi online ini, yaitu :
1. ELIZA, sebuah program perangkat lunak yang ditulis oleh Joseph Weizenbaum pada 1960 untuk meniru komunikasi seorang terapis. Ini adalah contoh pertama dari computer dimediasi interaksi menggunakan bentuk yang sangat sederhana dari psikoterapi.
2. E-Terapi, adalah sebuah modalitas psikoterapi baru yang menyediakan akses kepada klien untuk berkonsultasi dengan seorang terapis yang professional dalam kesehatan mental secara online. Terapi ini juga sering dilakukan melaui  komunikasi lewat email dengan terapis, hal ini juga dapat termasuk chat dan konferensi melalui video call, meskipun cara ini kurang sering digunakan.
Referensi :




Tabel Kinerja
NPM
NAMA
KERJA
11513981
Mencari Materi Tentang Keterbatasan Psikoterapi Online
14513212
Mencari Materi Tentang Pengertian Psikoterapi Online
16513997
Mencari Materi Tentang Kelebihan Psikoterapi Online
17513644
Mencari Materi Tentang Aplikasi Psikoterapi Online
19513085
Menyusun dan Mengedit Materi
19513515
Membuat Tabel Kinerja


 

la Belle Template by Ipietoon Cute Blog Design