Saturday, January 10, 2015

Untitled 2

Love is all that I can give to you, love is more than just a game for two..

Lagu yang jadi teman ku dipagi yang cerah ini. Hahhh.. rasanya kurang bersemangat untuk pergi ke kampus, harusnya hari ini aku libur. Tapi, apa boleh buat...

"Selena.. Ayo cepat siap-siap nak udah jam setengah 7 loh. Katanya kamu masuk jam 8?"

Okay sudah terdengar ocehan ibu Negara.

"Iya mam, sebentar lagi Selena turun."
Dengan kaki yang malas ini aku menuruni setiap anak tangga. 1.. 2.. 3.. akhirnya aku sampai di lantai bawah.

"Ayo makan dulu, udah mami buatin lasagna nih special sama juice strawberry juga."
Ah! Lasagna! Strawberry! Tanpa ragu aku langsung menyantap makanan favoritku. Yum.. Perutku terasa penuh, aku pun melangkahkan kaki menuju gerbang Komplek ku.

"Duh ileh.. Angkot lama banget. Gak tau orang pegel kali ya berdiri kaya gini."

"Woy!!! Pagi-pagi udah ngedumel aja mbak."
Sepertinya aku sangat mengenal suara itu, saat aku menoleh ke belakang benar saja itu adalah suara Rosa, sahabatku sejak kelas 1 SMA yang sekarang tinggal 1 komplek dengan ku.

"Iya, lagian angkot lama banget. Gue ada jam kuliah pengganti nih jam 8."

"Sama dong gue juga harusnya masuk jam 8 tapi gue kesiangan, padahal gue harus nunggu kereta lagi nanti. Hehehe.."

"Yeee, itu sih emang dasar kelakuan lo aja Ros. By the way tuh angkot kita dateng, cussss.."
Sepanjang perjalanan kami bercakap tentang banyak hal dan tiba-tiba...

"Eh Sel, gimana lo masih suka galauin Sam gak? Hahahaha"
Samuel? Lagi?

"Kok kepo sih, Ros?"

"Cieee.. Masih galauin Sam nih ye. Bilang ah kalau nanti gue ketemu Sam di kampus." Muka Rosa meledek ku dan pipiku sontak merah padam. Aku pun spontan langsung mencubit tangan Rosa.

"Eh jangan rese!!!! Gila lo, katanya temen tapi kok gitu? Lagian lo kenapa sih tiba-tiba nanyain Sam? Tumben banget."
Muka ku sekarang semakin seperti tomat yang merah karena rasa malu bercampur dengan rasa kesal.

"Ya gak apa-apa Sel, gue cuma iseng kok hahahaha eh udah deket stasiun nih, gue turun duluan. Nih bayarin sekalian ye.." Ucap Rosa sambil menyodorkan selembar lima ribuan.

"Iya sana hati-hati kuliah yang bener!"
Tak lama Rosa pun turun dari angkot, sekarang aku terdiam dalam seribu tanya di benakku.

Samuel.. Kuliah gak ya sekarang? Udah sarapan belum ya? Dia pacarnya sekarang siapa ya? Apa tanya Rosa aja kali ya? Ah nggak deh. Eh gue kenapa jadi mikir begini sih, ah emang Rosa nih gara-garanya.

Entah kenapa hari itu aku selalu memikirkan Sam, seakan-akan dia menari-nari di benakku. Sam..
Rasanya segala sesuatu yang aku lihat membuat ingatanku akan Sam semakin tajam. Semakin teringat sosok di masa laluku itu.
Saat kuliah pengganti selesai, aku pergi ke sebuah rumah makan bersama teman-teman sekelasku. Dan tanpa sadar aku memesan seporsi nasi goreng dan segelas lemon tea, by the way itu adalah menu favorit Sam.

Okay tugas menenangkan cacing yang berdemo di perut pun selesai, semuanya saling bertukar cerita, lebih tepatnya bergossip sih.. Namun, aku sepertinya sangat tidak bersemangat untuk ikut berkecimpung dalam obrolan teman-temanku.
Rasanya dada ini sesak karena terus terbayang sosok Sam, dengan senyuman dan mata indahnya itu. Aku pun pamit pulang kepada teman-temanku.

"Ah gak asyik ah, masa buru-buru gitu." Ujar Jason, teman dekatku di kampus.

"Yah, sorry deh Jas, nyokap minta ditemenin arisan soalnya jam 5." Aku mulai beralasan.

"Yaudah deh, hati-hati ya Sel."

Aku berjalan meninggalkan jejak dikampus ku. Tapi, kenapa tiba-tiba ada rasa yang aneh? Aku pulang tidak lewat jalan biasanya. Tapi, aku malah melewati jalan-jalan yang justru membuat jarak ke rumah ku semakin jauh. Ya, itu adalah jalan-jalan yang sering aku lewati bersama Sam, dulu. Aku melewati sebuah pos ronda di ujung jalan, aku masih ingat saat hujan deras mengguyur sore itu, lalu aku dan Sam berteduh di pos itu.

Aku masih ingat canda tawa kita dulu saat mentertawakan seorang anak muda yang menggigil karena basah kuyup.

"Cie, dia kedinginan tuh Sel, gak ada yang meluk cie.."

"Eh, jangan sombong gitu. Nanti kalau aku udah sampai rumah juga kamu pulangnya sendiri gak ada yang meluk di motor."

"Yeee enggaklah gak liat nih jacket aku tebel?"

"Ngeyel kamu jelek, liat aja nanti."
Ketika aku sudah sampai dirumah, ada telepon dari Sam, "Hallo Sam, kenapa?"

"Aku mau cerita nih, kayanya aku kualat deh sama orang yang tadi. Aku pulang kedinginan jadi menggigil gitu sekarang." Aku spontan tertawa terbahak-bahak mendengar cerita Sam.

"Makanya, jangan suka ngetawain orang. Kena batunya kan? Yaudah sana selimutan gih, tapi bikin teh hangat dulu."

"Iya sayang, maaf deh aku gak gitu lagi. Yaudah aku bikin teh dulu ya. Kamu jangan lupa makan lho.."

"Ayey Captain! Ini aku mau makan, jangan menggigil lagi ya jelek. Bye.."

"Iya Sel, bye.."

Ah, rasanya percakapan itu masih terngiang jelas di telingaku. Lamunan ku pun buyar saat aku melihat gapura komplekku. "Bang, kiri bang.." Aku turun dan segera berjalan menuju rumah.
Lapangan basket ini... Tempat aku dan Sam bermain setiap sore. Aku masih ingat aku selalu dicurangi Sam saat main basket karena dia lebih tinggi dari pada aku. Aku memutuskan untuk duduk di tepi lapangan.

"Ayo ambil dong bolanya, payah bgt."

"Ye! Kamu jangan curang! Kamu kan gede kaya raksasa. Jadi susah kan aku ambil bolanya."

"Bukan aku yang kaya raksasa, tapi kamu aja kecil kaya kurcaci."

"Tuh kan, jahat banget sih.." Aku memasang wajah memelas.

"Hahahahaha aku bercanda sayang. Jangan sedih gitu dong." Kata Sam yang memasang muka meledek sambil mencubit pipiku.

Kenapa ingatanku tentang Sam semakin jelas? Aku merasa semakin sesak. Tiva-tiba lewat lagi kenangan ku bersama nya yang lain.

"Kita balapan sampai ujung jalan sana, yang kalah harus gendong yang menang." Sam menantangku sore itu. Kami memang sering bersepeda bersama karena jarak komplek kami tidak terlalu jauh.

"Siapa takut!" Akhirnya sepeda kami meluncur dan ternyata aku kalah. Saat aku turun dari sepeda, Sam menggendongku.

"Loh, kan aku yang kalah kenapa aku yang digendong?"

"Aku tanya ya, emang kamu kuat gendong aku?"

"Ya enggak sih.. hehehe yaudah gantinya aku gendong kamu naik sepeda aja deh."

"Emang kamu bisa? Kalau nanti jatuh gimana Sel?"

"Jatuh kan kebawah Sam, jangan kecut gitu deh."

"Wah nantangin, yaudah ayo boncengin aku ke taman ya. Nanti dari taman kesini aku yang bonceng kamu buat ambil sepeda aku."

"Bawel, ayo naik sini adik Sam yang imut-imut biar kakak Selena bonceng."

Aku mengayuh sepeda dengan tergopoh-gopoh. Sam berat sekali. Kaki ku mulai terasa lemmas, aku kehilangan keseimbangan dan....

Brukkk..

"Aduh, jatoh kan kita Sel. Belagu sih kamu.."

"Ih maaf Sam, aku kan gak sengaja. Sakit ya? Maafin aku."

"Gak apa-apa kok sayang, sini naik ke belakang, aku aja yang bonceng. Kita ambil sepeda ku dulu ya.."

Senyuman itu membuat rasa lelah ku hilang.

Tak terasa senja mulai menyapa, aku langsung beranjak dari lamunan ku dan pulang kerumah. Sesampainya dirumah mami bertanya mengapa muka ku sedih, namun aku hanya menjawab, "Mami kok kepo?"
Mami mengusap rambutku dan menyuruh ku untuk mandi.

Badanku sudah terasa segar kembali, aku merebahkan tubuhku ke tempat tidur ternyaman sepanjang masa. Aku menoleh ke arah kanan, dimana foto aku dan Sam masih terbingkai rapih. Aku menyadari ternyata hari ini aku berada di puncak kerinduan. Aku mengambil secarik kertas dan sebuah pulpen. Lalu aku menuliskan sebuah surat kecil untuk Sam.

Untuk, Sam.Tahun sebentar lagi akan berganti. Tapi, perasaan ini.... Masih sama, belum ada yang bisa menggantikan kamu.Entahlah waktu ku terasa semakin hampa tanpa ditemani suara mu, semakin getir dengan segala sesak akan kerinduan ini.Mungkin sekarang hanya aku yang merindu, mungkin sekarang hanya aku yang masih menyelimuti bongkahan-bongkahan kenangan yang dulu kita tempa bersama.Mungkin sekarang hanya aku yang masih menikmati rasa cinta kita, yang dulu.Sekarang bukan lagi aku yang kau dekap saat pagi terbit dari ufuk timur. Aku bukan lagi tempat kau bercerita saat lelah menghampirimu di waktu senja. Bukan aku juga yang kau kecup saat bulan bersenandung membuai malam.Mencintai kamu masih terasa sangat indah, masih bisa membuatku tersenyum malu saat mengingat hari-hari kita dulu. Mendengar kabar kamu baik-baik saja rasanya sangat lega. Artinya Tuhan masih mengizinkan aku untuk menjagamu dari kejauhan.Lembar demi lembar potret kebahagiaan kita dulu masih ku pandangi, berharap aku bisa mengulang waktu agar aku bisa merasakan lagi menjadi alasan kau tersenyum. Tapi, mungkin sekarang aku bukan lagi alasan kamu tersenyum. Aku juga merindukan wajahmu yang tersipu malu saat aku mengatakan bahwa kamu adalah hal terindah.Ya.. Lagi-lagi sekarang bukan aku yang membuat wajahmu merah padam. Tapi, setidaknya aku pernah menjadi seseorang yang membuat mu tersenyum.Jika bisa ku teriakkan rindu ini, akan ku lantangkan sekencang-kencangnya. Namun, jarak dan waktu masih memenjarakan aku disni.Aku masih belum tahu pasti seberapa sering lagi bibir ini harus mengucap doa agar tangan kita dipersatukan kembali. Aku juga masih belum tahu kapan waktu mengizinkan kita untuk saling bertatap lagi.Tapi, aku yakin, dibalik semua yang kita jalani sekarang ini akan ada akhir yang manis. Dan aku masih menantimu.Hari-hari ku yang sendiri bagaikan secangkir kopi pahit di pagiku.Namun, mengingat tawa canda kita dulu, sambil melihat senyummu di bayangku membuat kopiku menjadi manis. Aku sangat menikmati secangkir kopiku.Setiap harinya hanya doa yang selalu ku pannjatkan agar kebaikan dan  kebahagiaan selalu berpihak padamu.Sampai bertemu lagi, Sam.

Rasa kantuk mulai menusuk mataku, ku coba pejamkan mata. Berharap aku bisa bertemu dengan Sam di alam mimpi. Setidaknya itu bisa menawar rasa rinduku yang begitu pekat hari ini.
Selamat malam.

0 comments:

Post a Comment

 

la Belle Template by Ipietoon Cute Blog Design