Saturday, May 4, 2013

Penantian Panjang


Pagi ini sang surya bersembunyi dibalik awan, kicau burung menyapa tanpa semangat. Desah angin meniup helaian rambut ini. Aku disini termenung menghadap karya Tuhan. Dia disana menghinggapi sebuah sudut menatap langit milik Tuhan. Duduk terdiam dan dingin terasa menusuk hingga rusuk.
Masih sangat jelas gambar wajah itu semalam, masih terasa sangat hangat dekapan erat yang melingkari tubuh dingin. Masih ku ingat senyum manis yang menghiasi pandangan mata. Terus terngiang belaian suara lembut yang membuai daun telinga.
Kini kata dua sudah menjadi satu. Kedua batin berteriak lantang akan secercah cinta. 2 hati yang berpasangan jadi satu enggan melepaskan pelukannya. Genggaman erat 2 jiwa mengokohkan surga cinta. 2 suara mengucapkan satu ikrar cintanya. Segetar gelombang hangat menyentuh 2 palung hati. Kita adalah 2 cinta yang berpeluk menghangatkan surga.
Jarum jam terus berputar, terdengar suara detik yang berirama. Seiring menua nya hari cinta ini semakin terasa mengekal. Cinta yang tak pernah bisa ku tolak panggilannya. Cinta ini selalu menyerukan tentang kita. Tentang kita yang selalu mengukir bahagia di setiap garis kehidupan. Cinta kita yang selalu melantunka syair-syair indah hingga kita terbuai dalam suasana hangat menenangkan.
Tapi entah mengapa sekarang cinta ini bungkam. Tak lagi seceria dulu. Cinta yang selalu tumbuh terasa mengiris tajam. Terdiam untuk menahan semua yang aku rasakan. Pedih, ingin rasanya aku berteriak sekuat tenaga ku. Ingin ku luapkan semua yang aku rasa. Semua yang aku rasa tentang kita. Kita yang tak lagi sama.
Ku mendengar teriakan batin mu yang mengeluh kesakitan. Suara itu menyilet kalbuku, membuat pelupuk ini dibasahi bulir-bulir air bening yang bersusulan lalu berjatuhan. Ingin rasanya aku memeluk tubuh itu, tubuh yang menyembunyikan semua perasaannya, perasaan kita.
      Entah sampai kapan kita seperti ini, menyembunyikan perasaan yang terus menggebu. Akan kah kita terbit kembali di mata setiap insan? Akan kah semua bisa menerima kita yang saling bergenggaman ini? Harus kah aku menunggu hembusan angin mengatakan iya? Berapa panjang waktu yang harus aku habiskan untuk menunggu? Hingga aku lapuk dan menua? Jika memang itu jalan untuk kita, akan aku tempuh walau harus ditemani air mata.
      Sesak dadaku menahan semua rasa yang terus menjerit dipanah kerinduan. Cinta bisakah kau dengar aku? Bisa kah kau rasakan aku? Bisa kah kau toleh sebentar melihatjiwa yang mulai merenta ini? Aku masih menunggu mu cinta.
      Ku tengadahkan tangan sambil merajuk doa, Tuhan.. kapan cinta itu bisa ku dekap lagi? Kapan tawa itu bisa obati pedih ku lagi? Kapan suara lembut itu bisa membuai mimpiku lagi? Kapan jemari itu dapat ku genggam lagi? Harus kah aku menyaksikan kebungkaman cinta ini dalam waktu yang lama, Tuhan? Tak melihat kah diri Mu akan hamba yang sangat tersiksa? Aku mohon Tuhan, kembali kan cinta ku.
     Angin malam seakan membelai halus pipi ini, seakan ia mengucap doa untuk kita. Dedauan yang terusik angin pun seakan sedang berdoa akan cinta ku, cinta kita. Kini dinginnya angin malam hanya dapat ku nikmati tanpa dekap hangat mu. Cinta, aku rindu pelukmu..
     Ku coba untuk memejamkan mata, berharap kita bertemu dalam mimpi yang indah. Dan ketika aku terbangun aku berharap, mimpi itu adalah nyata. Selamat malam cinta..

Bidadari Ciheleut


Pagi buta sudah memanggil aku untuk segera keluar dari dunia mimpi. Bulir embun pagi yang menjadi akseoris di setiap lambaian dedaunan. Kicau burung yang selalu menyambut kedatangan sang surya terdengar sangat merdu. Perlahan sang surya pun menampakan parasnya menandakan bahwa lembaran baru telah dimulai.
       Akhirnya aku mulai membuka mata, dan sepertinya mataku masih menyiratkan semua mimpi ku semalam. Dengan sekuat hati aku pun beranjak dari tempat tidur, aku berjalan menuju sebuah jendela di sudut kamar. Perlahan Ku buka jendela, dan aroma pagi yang begitu semerbak langsung menghampiri saluran pernafasan ku. Pagi itu sangat indah hingga mampu membuat wajah yang masih mengantuk ini menyimpulkan sebuah senyuman.
       “Pagi dunia..” gumam ku.
       “Kenzo, sudah siang, nak. Katanya kamu mau ke kampus nyerahin tugas-tugas kamu?” suara lembut itu terdengar dari seberang daun pintu kamarku. Ya itu lah sesosok wanita paruh baya yang selalu menjadi bidadari ku. “oh iya mam, Kenzo udah bangun kok. Kenzo mandi dulu ya mam.” Jawab ku dengan suara yang masih setengah parau. Aku pun berjalan menyusuri anak tangga untuk mengambil sebuah handuk yang dijemur Mama di teras belakang. Setelah itu aku bergegas menuju kamar mandi dan langsung merasakan air yang mengalir lalu meresap ditubuh ini. Sejuk dan membuat aku siap untuk menjalani hari ini.
       Ketika aku berjalan menuju garasi, sebuah benda berbulu lembut dan hangat terasa dikaki ku. Ternyata Jojo menyapa ku dengan salam selamat pagi. Aku pun mengusap kepala anjing Siberian Husky yang diberikan papa 3 tahun lalu ketika aku berumur 16 tahun. Jojo mengusap kepalanya di bagian tulang kering ku. Dan aku berpamitan dengan jojo,  tanpa buang waktu aku mulai menyalakan mesin mobil meninggalkan jejak dari kediaman ku.
       Jalan sudah terlihat agak ramai karena jam yang sudah menunjukan pukul 07.30. but you know my heart is true oohh I can’t stop loving you.. lagu yang menyundut semangatku pagi ini terdengar mengiringi perjalanan ku menuju sebuah kampus yang terletak di tengah kota. Insitut Pertanian Bogor, di situ lah tempat ku sehari-hari untuk memperdalam ilmu ku tentang ilmu matematika dan ilmu pengetahuan alam. Pagi ini aku harus menyerahkan makalah tentang aljabar dasar.
       “Ya, makalah mu saya terima, akan saya baca nanti. Untuk melihat hasilnya silahkan lihat hari Senin pagi di mading dekat ruang administrasi.” Suara tegas itu berasal dari dosen pembimbing ku, pak Doni. “Baik pak, terimakasih. Saya permisi dulu.” Aku membungkukkan badan dan keluar dari ruangannya.
       Tut… tut… tandanya telepon telah tersambung, aku menghubungi seseorang diseberang. “Hallo Der dimana lo? Gue dikampus nih, sini dong. Oh iya nanti siang temenin gue ke gramed botani ya, pengen cari komik naruto terbaru nih. Oke? BĂȘte gue dirumah, nanti abis dari gramed gue traktir sop buah Pak Ewok deh..” Ucapku sepanjang gerbong kereta kepada Deri, sahabat akrab ku sejak kecil. “Ya udah, tunggu gue mandi ya, tunggu dikantin aja di tukang batagor.” Deri yang sepertinya terbangun kaget karena ada telepon dari ku itu langsung memutus sambungan teleponnya. Tandanya aku harus segera meluncur ke kantin kampus tepatnya di tukang batagor favorit aku, Deri, dan.. Sonia, masa lalu ku. Aku memesan sepiring batagor dan segelas cappuccino hangat untuk mengganjal perutku yang keroncongan. Jam sudah menunjukkan pukul 08.45 tetapi Deri belum muncul juga, tiba-tiba terdengar suara yang masih terdengar seperti anak-anak tepat dibelakang daun telinga ku. Aku menoleh kebelakang dan ternyata itu adalah Sonia. Sonia sampai saat ini masih mencoba untuk mengembalikan semua keadaan seperti dulu, disaat hati ku masih terpaut erat di hatinya. Bukan hanya sekali dua kali Sonia merajuk dan menangis di hadapan ku, iba memang, tapi apa daya. Perasaan ini sudah bukan miliknya lagi, rasa yang dulunya terasa indah kini telah berubah dan masih ada segores luka yang belum kering sejak aku mengetahui bukan hanya aku yang ada di hidupnya, selingkuh, lebih tepatnya di selingkuhi. Perlakuan yang menurutku tidak dapat di tolerir lagi.  Akhirnya aku mengakhiri semuanya tepat pada saat aku berulang tahun ke 18, dan untukku itu adalah kado terburuk yang pernah aku terima. Setahun lalu sejak kejadian itu, diri ini selalu terasa panas akibat luka bakar yang  melukai cinta ini, maksudnya cintaku. Tapi waktu pun kian berlalu dan akhirnya aku bisa meninggalkan semua kenangan itu. Dulu Sonia adalah sosok yang berharga untukku, tapi sekarang ia hanyalah sekedar hembusan angin lali, tanpa makna, tanpa cerita, dan tanpa cinta.
       “Hei Ken, sendirian aja? Aku boleh duduk disini?” Tanya Sonia sambil memasang wajah manis. Aku hanya mengangguk dan sama sekali tidak merasakan getaran apa-apa. Sudah ku tebak ia pasti terus menyerocos tentang masa lalu kita, dan mulai mendoktrin ku untuk kembali menganggap bahwa Sonia lah yang terbaik untuk ku. “Ken, aku masih sayang kamu. Aku udah gak pernah berhubungan lagi sama Dewa. Ken kita bisa kan kaya dulu? Kita mulai semua nya dari awal ken..” Jenuh rasanya aku mendengar semua perkataan yang terlontar dari mulut manisnya. Lalu aku mengeluarkan telepon genggam dari saku celana ku, dan langsung mengirimkan pesan singkat kepada Deri.
       Der buruan, males ada nenek sihir nih!
       Message Sent.
       Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya terlihat juga batang hidung Deri. “woy! Hahaha udah lama bro? eh ada Sonia, ngapain Son? Ada jam kuliah?” Ucap Deri yang berbicara pada Sonia tetapi menembak lirikan ledekan kearah ku. Aku mendengus kesal, Deri Nampak nya puas melihat ekspresi ku dan tertawa kecil. “Iya nih tapi dosen nya belom dateng, pas ke kantin eh liat Kenzo. Ya udah gue samperin Kenzo aja kesini.” Jawab Sonia sambil tersenyum kearah ku, aku hanya memasang ekspresi datar sedatar mungkin. Kiranya ada 30 menit jam ini berdetik, aku memutuskan untuk pura-pura ke toilet. Alasan belaka karena aku mulai risih sebab Sonia yang selalu merebahkan kepalanya ke pundakku. “toilet dulu ya guys, mules hehehe” aku badanku langsung melejitkan menuju toilet. Deri paham akan kelakuan ku, akhirnya ia yang meladeni Sonia. Dan… Deri sudah tau topic pembicaraan sepertinya. “Kenzo” nama ku yang selalu menjadi topic pertama mereka. “Kenzo” sekarang nama ku jadi topic kedua, “Kenzo. Kenzo. Kenzo dan Kenzo” hanya itu yang mereka bicarakan. Aku berdiri di tengah kerumunan mahasiswa dan mengintip kearah Deri, wajahnya sudah kelihatan sangat bosan. Aku tertawa kecil melihat ekspresi Deri, suntuk. Begitulah raut yang tergambar jelas diwajahnya yang maskulin itu.
Aku melihat jam tangan, waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB,  aku meghampiri Deri dan Sonia. “Der, sekarang aja yuk. Gue mau sekalian cari buku buat mata kuliahnya pak Doni nih.” Ajak ku yang disambut sumringah oleh Deri. “loh pada mau kemana? Kok ga ngajak Sonia sih?” Tanya nya manja. Dulu kemanjaannya itu membuat aku gereget tapi sekarang malah membuat ku makin hilang rasa. “ini mau nemenin Kenzo cari komik Naruto.” Jawab Deri dengan sok ramah. “yah kenapa ga siang aja sih? Kan gue bisa ikut..” rengek Sonia. “aduh Son, sorry banget nih ya siang gue ada acara jadi gue ga bisa. Lagi pula lo kan ada jam kuliah, yaa lo kuliah aja.” Jawab ku agak sedikit ketus, karena merasa semakin risih dengan sosok Sonia. “ih mau kemana sih? Kok ga bilang sama aku Ken? Dulu kamu selalu bilang sama aku.” Rasanya kepala ini ingin meledak karena sikapnya yang… ah membuat semakin muak.
“Son, kita sekarang udah ga ada hubungan apa-apa. Lo ga berhak tau semua urusan gue lagi. Hidup kita udah masing-masing. Sorry, gue udah bilang berulang kali tolong jangan ganggu gue lagi.” Aku langsung menarik Deri dan Sonia terdengar teriak memanggil nama ku berulang-ulang hingga banyak pasang mata yang melirik kearah ku. Aku tidak ingin menoleh, apa lagi membalikan badan untuk kembali dan mendengar semua  omongan Sonia. Aku bergegas meninggalkan kampus.

                                  ******
       Gramedia Sabtu siang. Toko buku ini sudah terlihat padat merayap, banyak sekali badan yang singgah disini. Ada yang membeli buku, ada yang hanya melihat dan membaca saja. Sesak rasanya di dalam ruangan di lantai dasar ini, AC yang seharusnya bisa meniupkan angin sepoi jadi tidak terasa selayaknya. Tapi demi seri terbaru komik Naruto aku rela bertahan. Deri dengan setia menemani ku berjalan menyusuri setiap rak-rak yang berisi komik.
       “Ken, gue ke starbuck ya, ngopi dulu. Mata masih berat nih, nanti kalo udah selesai, lo kesitu aja ya. Oke?” aku tersenyum dan menganggukkan kepala tanda aku setuju dengan pernyataan Deri. “siap boss, gue cari komik dulu ya.” Kami pun berpencar, Deri menuju starbuck dan aku masih tetap berada di depan beronggok-onggok komik.
       Akhirnya aku mendapatkan komik terbaru Naruto. Aku pun berjalan mencari buku-buku yang mencakup ilmu matematika dasar. Ku baca satu per satu buku-buku yang menurutku lengkap. Aku terus menjamahi isi rak tersebut dengan pandangan yang tetap terpusat pada isi rak itu. “hmm.. maaf, buku tentang ilmu hukum dimana ya mas?” suara lembut mengalun ditelinga. Aku menoleh dan langsung terperangah melihat sesosok wanita berkulit kuning langsat, berambut lurus panjang, dan bola matanya berwarna coklat muda. Ya Tuhan, betapa hebatnya Engkau telah menciptakan makhluk seindah ini. Seindah cahaya malaikat-Mu. “mas? Kok diem? Gak tau ya mas?” suara lembut itu membuyarkan lamunan ku. “eh, maaf mbak. Iya tau kok. Ada di dekat sini kok, tuh disana..” jawab ku sambil menunjuk ke satu arah yang  berjarak sekitar 5 meter dari tempat ku berdiri.
       “makasih ya mas, maaf ganggu.” Iya tersenyum sangat manis dan jantung ini rasanya berdegup lebih cepat dari biasanya. Bahkan lebih cepat dari dulu waktu aku pertama kali melihat Sonia. “iya mbak sama-sama.” Balasku dengan senyum yang paling manis menurutku. Sungguh indah ciptaan Mu Tuhan..
       Aku menghampiri sebuah sudut kotak dimana Deri berada. “Deeerrrr… gue abis liat bidadari! Gila cantik banget!” aku tak sabar menceritakan sesuatu yang sudah menggantung di lidah ini. “semangat amat yang abis liat bidadari hahaha emang ngeliat dimana? Ya ampun disini juga banyak yang bening. Kaya gitu tuh..” Deri mengarahkan telunjuknya ke seorang wanita mungil berkacamata. “ah itu  mah biasa aja, semua cewek kalah deh! Baru nih namanya bidadari.. coba aja gue..”
       Kring.. kring.. dering ponsel Kenzo yang memotong pembicaraan mereka. “hallo kenapa mam? Aku masih di botani nih.” Ternyata itu mama. “Mama titip wortel dong Ken, sama susu buat kamu, udah habis.”
       “oke mam, nanti Kenzo cariin yah. Mau titip apa lagi mam?” Tanya ku lembut. “udah itu aja deh nak, hati-hati ya. Dadah..”  mama menutup telepon.
       Aku pun melanjutkan cerita tentang bidadari itu. Rasanya mulut ini tidak ingin berhenti membicarakannya, saking serunya aku bercerita sampai tersedak. Deri tertawa terbahak-bahak sambil menepuk punggung ku. Sepertinya langit sore sudah menyapa, sebelum pulang aku terlebih dulu mencari pesanan mama. Belanjaan pun sudah lengkap, aku dan Deri kembali ke kampus untuk mengambil kendaraan.
       “Bro jadi gak Pak Ewok?” Tanya Deri yang langsung mengingatkan akan janji ku tadi. “hahaha inget aja lo, ya udah yuk langsung bawa mobil sendiri-sendiri aja ntar gue mau langsung balik.” Tiba-tiba Deri cengengesan setelah mendengar perkataan ku tadi. “gue ga bawa mobil hehe nebeng ya mas Kenzo”
       “Dasar, ya udah yuk naik. Keburu kemaleman kasian nyokap. Adik gue lagi nginep dirumah temennya.” Mobil pun berjalan ke sebuah istana nya sop buah. Sepanjang jalan senyuman wanita itu membuat pipi ini memanas dan memunculkan hasrat untuk terus tersenyum. Deri hanya bergeleng kepala saat melihat kelakuan ku seperti anak SMA kasmaran. Deri membesarkan volume music di mobil dan mulai bernyanyi bak sedang berada di konser tunggalnya.

*******
       Kriiing.. kriiing… “hallo dek? Ada apa?” Kenzi seorang gadis berumur 15 tahun dengan postur tubuh mungil, berbibir tipis dan merah. Itu adalah adik semata wayangku, sebut saja panggilannya Zizi. “Mas jemput aku dong, aku mau pulang nih. Tadi katanya papa gak bisa jemput, terus di suruh telepon mas Kenzo.” Jawab gadis yang sangat ku sayangi itu. “ya udah tunggu ya, mas anterin bang Deri dulu. Nanti mas langsung kerumah temen kamu.”
       “Der, balik yuk adik gue udah minta jemput nih. Bokap kayanya balik malem makanya ga bisa jemput doi.” Tanpa basa basi yang panjang, aku dan Deri ke kasir lalu membayar semua. Kami pun pulang melewati taman Surya Kencana, taman dimana aku dan Deri selalu membeli bubur ayam setiap minggu pagi sejak kami kelas 2 SD. Deri Indrawan, seikat raga yang selalu setia menemaniku. Suka duka bukanlah suatu hal penting untuk kami berdua. Yang sangat kami nomor satukan adalah “Kebersamaan”. Seperti janji kita 13 tahun lalu, tepat pada usia 6 tahun. “Kenzo, janji ya kita sahabat selamanya?” Tanya Deri sambil mengajak ku untuk mengikrarkan jari kelingking. “Janji Deri, janji kelingking. Yang penting kebersamaan..” aku mencoba menggapai kelingking mungil Deri. “kebersamaan..” ucap kami berdua dan mengikat dua kelingking ini dengan erat. Dan sampai saat ini jani itu selalu kami pegang teguh.
       “Ken, lo kenapa sih kayanya benci banget sama Sonia. Dulu aja lo sayang banget kayanya sama dia.” Deri mengacaukan nostalgiaku tentang 2 pria kecil yang mengikat kelingking mereka. “aduh lo apaan sih Der, kenapa harus bahas itu? Lo kan tau gue paling ga bisa tolerir kalo udah di selingkuhin. Gue juga udah flat banget sama Sonia. Stop bahas itu dong.” Tanpa gairah aku mendengar sebuah nama itu “Sonia” masa lalu yang lagi-lagi mencoba meracuni otak ku lagi. Cukup, semua hanya masa lalu. “yeee gitu aja sewot, akika sun nih..” canda Deri yang meledek dengan bibir manyun 3 cm itu. Aku bergidik geli, dan serentak kami terpingkal.
       “udah sampe nih bro thanks ya..” Deri membuka pintu mobil, dan langsung menutupnya kembali. Aku membuka jendela, selanjutnya melambaikan tangan kearah Deri bagaikan nyiur di pantai yang melambai kepada sang ombak. Selanjutnya, rumah teman Kenzi. Mobil melaju ke suatu komplek perumahan di daerah Ciheuleut, Villa Duta lebih jitunya. Berhenti lah aku disebuah rumah berpagar hitam, terlihat sangat elegan. Pilar-pilarnya penuh ukiran romawi. Jendela nya memanjang, kacanya mengkilat bersih.
       “Nanti nginep lagi ya Zi. Hati-hati” ucap Putri teman baru Zi di SMA. “Iya nanti aku nginep lagi deh salam ya buat kakak Angel, ayah, sama bunda kamu.” Balas Zi sambil memeluk Putri erat.
       Angel.. kenapa jantung ini tiba-tiba bergendang sangat cepat? Bahkan aku tidak tahu siapa itu Angel. Tapi namanya terdengar lebih dari indah. Nama yang merasuk sanubari itu langsung mengalir ke serluruh vena yang ada. Angel..
       “Mas ini Putri, sahabat baru Zizi di SMA.” Suara Zizi menjadi aral melintang ke sekian kalinya dalam lamunan ku. “oh hai Putri, aku Kenzo kakaknya Zizi. Makasih ya Zizi udah boleh nginep, maaf ya kalo ngerepotin keluarganya Putri..” Aku coba lemparkan sebuah senyuman kepada putri. “kakak kamu ganteng banget ya Zi.” Ucap Putri, yang dimatanya seperti terpancar ribuan gelembung hati berterbangan kearah ku. Aku menggaruk kepala ku yang sebenarnya sama sekali tidak gatal.
       ”Zi.. jam tangan kamu ketinggalan nih sayang..” aku melihat seberkas cahaya datang ke teras rumah bercorak romawi ini. “Eh kak Angel. Makasih ya kak aku lupa tadi hehe” Wanita itu terlihat sangat bersinar, saat ia menengadahkan kepalanya kearah ku.. sungguh nadi, jantung, apa lagi nafas ku tak lagi bertempo. Angel.. ternyata dia bernama Angel. “mas yang tadi di Gramedia kan?” Tanya nya yang membuat pembuluh darah ini seakan membludak. “I.. iya, mbak yang tadi cari buku hukum ya?” jawab ku agak terbata. “Iya betul, kenalkan nama ku Angel.” Angel menyodorkan jemari lentiknya kepada ku, aku meraih jemari nya yang langsung terbenam karena tertutup jemari ku. “Kenzo.” Saat aku menjawab ia menyimpulkan senyum bak seorang bidadari. Senyum nya merekah indah menghiasi bibir tipis yang berwarna merah jambu. Aku membalas senyuman itu dengan senyuman tertulus yang pernah aku lontarkan.
       “Kamu kuliah dimana Ken?” Tanya Angel. “Oh  aku di IPB, kamu dimana?” Jawab aku yang masih saja merasakan gugup. “Wah keren, jurusan apa? Aku di PAKUAN.” Jawaban yang sangat memuaskan ku karena Angel memberikan senyuman manis itu lagi. “Aku MIPA, kamu jurusan apa?” Senyuman itu masih saja berada di tempatnya. “Aku ambil hukum..” Bibir ku membulat membentuk huruf O kecil dan mengangguk.
Tak terasa detik jam terdengar semakin kencang seakan mengingatkan bahwa sekarang sudah menginjak pukul 20.00 WIB.  waktu terasa sangat cepat saat aku bertukar 1001 cerita dengan Angel. Putri dan Zizi berdehem mengejek kami berdua yang rasanya sudah akrab sekali. “by the way udah malem nih, aku pulang ya Ngel. Nanti main lagi deh kesini.” Pamitku kepada Angel, zizi yang mendengarkan percakapan kami langsung berjalan kearah ku. Putri dan Angel mengantarkan sampai ke depan gerbang. Saat tangan ini sudah melambai dan senyum ku sudah tertarik semaksimal mungkin Angel memanggil nama ku dan berkata “Ken, Hati-hati ya..” rasanya aku mendapat tiupan angina surga. Angel, andaikan kita…
                           ******
“Cie elah hp mulu nih kayanya.” Ledek Deri saat memergoki aku sedang berkirim pesan dengan Angel. “Apaan sih lo Der, biasa aja kali.” Jawab ku sok dingin, padahal agak sedikit deg-degan juga. Ya aku dan Angel sudah dekat sekarang ini. Dimulai dari aku menjemput Zizi kerumah Putri, adik Angel. 2 hari setelah itu, aku mencoba memberanikan diri untuk menghampiri Angel di kediamannya. Kami bertukar nomor handphone, dan sampai sekarang ini komunikasi kami berjalan sangat lancar, apalagi ditambah adanya dukungan dari Putri dan Zizi. Dua gadis kecil yang bisa dibilang berjasa.
Ingin rasanya aku mengungkapkan semua perasaan yang selalu meluap-luap ini. Tapi waktu belum mengizinkan ku untuk melakukannya. Lagipula aku dan Angel baru saling mengenal 1 bulan belakangan ini. Angel, bidadari yang bisa memberikan warna baru di hidupku. Semua nya terasa lebih indah, setiap hari Angel selalu menari dengan elok dipikiran ku. Sudah banyak gencatan yang mengomandokan ku untuk segera menyatakan cinta. Tapi, aku belum berani untuk itu. Ku rangkai rapih semuanya, sampai waktu membuka izinnya untukku.
                                  ******
“Kenzo!” terdengar suara tak asing saat aku melintasi sebuah lorong di kampus ku. Aku mengacuhkan suara itu tapi ada sepotong lengan yang menarik ku. “Kenzo, kamu lagi deket sama cewek? Sama anak PAKUAN?” aku melanjutkan langkah ku, tapi Sonia selalu menghalangi ku. “Kenzo jawab aku!” suara memaksa itu membuat gemas ingin menerkam, sayang dia adalah sosok yang harus aku muliakan, wanita. Akhirnya ku jawab pertanyaan itu “bukan urusan lo.” Lengan itu terus menarik paksa. “kenapa sih lo? Iya gue lagi deket sama cewek anak PAKUAN namanya Angel. Puas? Udah gue jawab kan? Sekarang awas gue mau lewat.” Aku menepis lengan itu, terdengar ocehan yang terus mengarah ke telinga ini. Tapi aku tak peduli, terus melanjutkan langkahku. Sekarang hidup ku Angel, bukan Sonia.
 “Hallo Ngel, pulang kuliah jam berapa? Aku jemput boleh?” ucapku pada Angel yang ada di sambungan telepon. “Hmm.. jam 3 deh kayanya, boleh sih tapi ngerepotin kamu gak Ken?” yes, lampu hijau. Aku berniat untuk menembakan panah asmara ku hari ini. Semoga semua berjalan lancar. Harapku.
Pukul 3 kurang 5 menit aku sudah stand by di parkiran kampus bidadari ku, Angelica Isabelle. Nama itu bahkan lebih indah dari nama bidadari di surga. Dag.. dig.. dug.. jantungku berirama cepat ketika melihat tubuh wanita cantik berhati lembut. “hei udah lama ya?” Tanya Angel yang sedang membenarkan posisi duduknya. “enggak kok, santai aja. Yuk makan sekarang ya.” Angel hanya mengangguk dan tersenyum mengikuti mau ku. Mobil mulai melintasi lalu lintas yang padat, menuju salah satu rumah makan lesehan Sunda yang berada di daerah Pajajaran.
Tanpa sadar ternyata ada sebuah taksi yang menguntit mobil ku. Dan itu adalah Sonia.
“mau pesan apa Ngel?” Tanya ku sesampai di Saung Mirah. “terserah, samain kaya kamu aja deh.” Aku pun memutuskan untuk memesan 2 potong ayam bakar dengan sambal hijau. Makanan sudah tersaji diatas meja, aku dan Angel mulai melahap hidangan tersebut. Ditengah-tengah kami menikmati hidangan tersebut, ada sosok tak diundang yang sangat mengejutkan kami. Sonia.
“Baby Kenzo, ternyata cewek ini selingkuhan kamu? Kamu kan pacar aku Ken..” ucap Sonia yang langsung memeluk ku. “Ih apaan sih lo? Kampungan tau gak?! Denger ya gue sama lo udah putus dari setahun yang lalu!” aku mengelak dari pelukan erat itu. “ken kamu lupa ya kita kan baru balikan tadi.” Angel terlihat sangat kecewa, tetapi ia mencoba untuk tersenyum walaupun sangat terpaksa. “Ken, maaf ya aku pulang duluan gak aku ganggu kamu. Permisi.”
“Angel! Tunggu denger aku dulu Ngel dia bukan siapa-siapa aku. Angel!” aku mencoba mengejar jejak Angel yang melangkah sangat cepat. Namun langkah ku terlambat, Angel sudah menaiki sebuah taksi dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.
“Aku pulang sama kamu ya Ken?” pinta Sonia manja, “Sorry gue gak bisa.” Aku langsung menyalakan mesin mobil. Beberapa kali aku menghubungi nomor Angel tetapi hanya terdengar suara operator yang menandakan handphone Angel tidak aktif.
                                  ******
Tiga bulan bergulir begitu cepat. Langit malam ini hitam pekat, tanpa ada bulan dan bintang yang menghiasi angkasa. Angin berhembus kencang membuat bulu kuduk ini merinding kedinginan. Seburuk-buruknya malam ini tak seburuk sore itu bagiku. Tiga bulan sudah tanpa kabar berita dari Angel. Ku coba untuk menyampaikan maaf ku lewat Putri, tapi kata Putri, Angel hanya tersenyum tanpa mengatakan sepatah kata pun.
“Mas.. jangan sedih terus dong.” Zizi menghampiriku di balkon. Tangan mungilnya melingkari tubuhku, hangat, dan membuat ku sedikit lebih tenang. “mas Zizi pernah nonton film percintaan. Ceritanya sama kaya Mas Kenzo dengan kak Angel, rumit. Tapi si cowok memperjuangkan cinta nya dengan segala cara mas. Ia tidak langsung berhasil, si cowok sampe jatuh bangun mas. Sampai akhirnya cinta mereka berdua berakhir indah.”
 “makasih ya dek, aku gak sedih kok.” Ujar ku sambil mengusap rambut halus Zizi. “ya udah, mas Kenzo istirahat gih udah malem. Zizi juga mau istirahat nih. Malam mas Ken..” Zizi mengecup pipi kiri ku dan langsung meninggalkan balkon.
“sampai akhirnya cinta mereka berakhir indah..” kata-kata itu terus mengelilingi tempurung ini. Cinta itu gak akan ada akhirnya Ngel, karena cinta ku buat kamu gak akan pernah ada akhirnya. Aku janji perjuangin semua Ngel.
Tanpa sadar mata ini terpejam, lelap, terbuai mimpi indah tetang bidadari ku. Bidadari Ciheuleut, Angel.
                                  ******
Hari ini hari Sabtu, sama seperti hari pertama kali aku bertemu Angel. Suasana hari ini sangat cerah. Sang surya tersenyum bersahabat. Awan-awan memayungi kota Bogor. Pohon-pohon menjulang tinggi mentransferkan berton-ton oksigen. Aku sudah bersiap-siap untuk memperjuangkan cintaku. Aku akan pergi ke Villa Duta, kediaman bidadari  ku. Mobil ini sudah berjalan pelan meninggalkan pagar rumah. Tiba-terdengar suara Zizi dan Jojo yang memberikan semangat untuk pejuang cinta ini, aku, Kenzo Aditya. Aku tersenyum hangat, mereka membalas. Senyuman ini menyulutkan rasa percaya diri ku. Aku dan Deri bergegas menuju Cileuheut. Bidadari Ciheuleut.
Di tengah perjalanan, awan hitam bermunculan dan membentuk tumpukan-tumpukan. Kilat menyilaukan pandangan ini. Suara petir bergemuruh membuat kuduk berdiri. Hujan pun turun dengan lebatnya. Suasana menjadi sangat gelap, tapi tidak sedikit pun mengurungkan niat untuk memperjuangkan cinta ku. Akhirnya aku sampai di kediaman Angel. Hujan masih mengguyur deras kota Bogor.
Ngel, aku di depan rumah kamu.
Message Send
Ku tunggu hampir 1 jam tapi belum ada balasan juga, akhirnya aku bertekad untuk keluar dari mobil dan menunggu angel di depan gerbang romawinya. “eh jangan keluar Ken ujan deres!” cegah Deri tetapi Ken mengacuhkannya. Ternyata Angel melihatku dari celah jendela kamarnya.  “Ngel aku sayang kamu! Demi Tuhan Sonia Cuma masa lalu aku. Yang aku cinta sekarang Cuma kamu ngel! Ngel aku tau kamu denger aku kan? I love you Ngel!” teriak ku tepat dibawah jendela kamar Angel, tapi Angel tak kunjung turun juga. “Ngel aku janji  disini terus sebelum kamu temuin aku.” Aku mematung di depan rumah Angel, hujan yang mengeroyok raga ini sama sekali tidak ku hiraukan. 2 jam sudah aku berdiri disini, hujan mulai mereda. Tetapi badan ini mulai menggigil, badanku terasa membeku. Demi kamu Angel.
Aku tetap bertahan pada posisi diam, sampai akhirnya Angel berlari menghampiri ku. Angel termenung menatap dalam mata ini. Kilatan matanya membuat tubuh ini lemah, tatapan dalam itu terasa sangat dalam. “Ken, apa yang kamu bilang semua nya bener? Kamu bener-bener cinta sama aku?” Tanya Angel sambil menahan tangis. Tanpa kata apapun aku hanya mengangguk menahan dingin. “kamu janji cinta terus sama aku?” lagi-lagi aku hanya mengangguk dan gigi ini saling beradu karena menggigil hampir beku. “coba ungkapin semuanya lagi!” pinta Angel, lidah yang sudah kelu ini ku paksa kan untuk berucap. Walau terbata setidaknya kata-kata yang keluar masih terdengar jelas. “a..aku..ci..ci..cinta kam..u Angelica Isabelle.”
Angel mengusap pipi ku dengan lembut air mata berlinang, airmata Angel bagaikan butiran mutiara yang jatuh. Angel langsung mendekap tubuh beku ini. “Aku juga cinta kamu Ken. Aku cinta kamu.” Tuhan.. mimpi apa aku semalam?
Hujan deras hanya tinggal rintik gerimis, sang surya pun hadir untuk menghangatkan suasana yang beku. Dan munculah pelangi yang sangat indah, aku mengecup kening Angel dan ku peluk lebih erat lagi. “I love you Bidadari Ciheuleut..” ucap ku, Angel tertawa kecil dan berkata, “I love you too Pangeran Kenzo.”
Deri yang menyaksikan drama romantic dari dalam mobil, langsung keluar dan memberi selamat kepada sahabat sehidup sematinya, aku. Deri ikut bahagia karena aku berhasil memperjuangkan cintaku. Sekarang bukan hanya janji kebersamaan yang harus aku teguhkan tetapi janji untuk terus mencintai Angel selamanya. Suasanya berubah menjadi haru bahagia. Akhirnya sejak hari itu, Angel menjadi milikku.
Aku janji jaga kamu terus Ngel, I Love U bidadari Ciheuleut..

Filos

Kriiiinggg….
Jam weker El sudah menunjukan pukul 06.00 WIB. EL yang masih dibalut selimutnya tiba-tiba tersontak dan tersadar dari mimpi indahnya. Ella Filoalisel adalah seorang gadis yang kini baru saja lulus SMP di usianya yang ke 14. Tanpa banyak gerak gerik El langsung menyambar handuk ungunya dan langsung lari menuju kamar mandi.
“Hallo Dim.. iya iya sorry gue kesiangan nih, gue udah mandi kok tunggu sebentar lg gue keluar.” El menekan tombol merah di hp nya untuk memutuskan telepon dari Dimas sahabat nya sejak kecil. El menuruni anak tangga rumahnya dengan tergesa-gesa dan langsung mencium pipi mamanya. Sarapan yang sudah disiapkan ditinggal begitu saja, mama nya hanya bergeleng-geleng kepala melihat kelakuan anak semata wayangnya itu.
“Dimaaas maaf banget ya gue kesiangan, semalem gue abis nonton dvd yang baru gue beli kemarin dim.” Dimas hanya terdiam dan langsung memberikan sebuah helm kepada El. “ah ga seru gitu aja ngambek.. maaf ya Dimas kan sahabat gak boleh marahan..” El mencoba merayu Dimas, dan Dimas hanya menjawab “Iya bawel!” Dimas langsung meluncurkan motornya menuju sebuah sekolah negri ternama di Jakarta.
SMAN 115 Jakarta, adalah awal mula El melihat sesosok pangeran yang selalu membuatnya tergila-gila. Pagi itu El dan Dimas mendaftarkan diri mereka untuk menjadi siswa disekolah tersebut. Karena sejak dulu sekolah inilah yang menjadi target duo sahabat ini. Selesai menyerahkan semua berkas, El mengajak Dimas untuk makan di kantin SMAN 115 Jakarta. Ketika sedang asyiknya El melahap sepiring bakso tiba-tiba ia berhenti dan pandangannya tertuju kearah pohon yang sangat rindang. “El? Kok lo bengong?” Tanya Dimas heran. “Dim… astaga liat deh ke bawah pohon yang itu, ada pangeran Dim. Dim.. prince charming gue banget!” pandangan El tetap menuju ke pohon itu yang ternyata ada sesosok lelaki yang bertubuh tinggi, berkulit putih, dan bermata sangat indah. “yang mana sih El?” Tanya Dimas lagi karena ia masih belum dapat memastikan lelaki mana yang dipandangi El sejak tadi. “itu loh Dim yang pake tas warna biru.. Dimas ganteng bgt dim….” El mengarahkan jari telunjuknya kearah laki-laki bertas biru itu berada. “oh… yang itu! Ya emang ganteng sih tapi kaya mau aja dia sama lo! Hahahahaha” dimas terpingkal-pingkal dan muka El langsung merah padam tapi tetap ia mengalihkan pandangannya lagi kearah lelaki itu.
Disepanjang perjalanan pulang El terus membahas lelaki itu, tak ada hentinya ia menyebut laki-laki itu dengan kata “Pangeran”. Dimas hanya tersenyum dan berusaha menjadi pendengar yang baik untuk sahabatnya yang sedang kasmaran itu.
Esok harinya El kembali datang ke SMAN 115 Jakarta untuk melihat jurnal dan ternyata ia tidak lolos, begitu pula dengan Dimas. Akhirnya mereka memutuskan untuk mendaftar di SMAN 116 Jakarta, dan hasilnya El tidak lolos lagi tetapi berbeda dengan Dimas yang lolos menjadi calon siswa baru di SMAN 116 Jakarta.
“Yah dim.. gue gimana dong gue ga lolos lagi. Gue sekolah dimana nih? Lo mah enak Dim udah tenang.” Ucap El dengan ekspresi sedih. “eh jangan putus asa gitu dong bro.. masih banyak sekolah lain. Sekolah apaan tuh yang waktu itu lo bilang? SMA Budaya ya? Mau coba kesana gak?” dimas menawarkan El untuk mendaftar di SMA Budaya salah satu SMA swasta terbaik di Jakarta. “iya Budaya, tapi itu swasta Dim.. kalo bokap gue gak ngizinin gimana?” tampang El semakin memelas. “yeh swasta sama negri sekarang sama aja neng.. siapa tau rejeki lo emang disitu. Sekolah tuh bukan tergantung negri atau swastanya tapi gimana lo serius atau engga ngejalanin sekolah lo.” Dimas mencoba menghibur El, dan tanpa membuang waktu mereka berangkat menuju SMA Budaya.
SMA Budaya adalah salah satu sekolah yang tidak mengandalkan nilai UN atau yang sering kita sebut “Nem”. Di sekolah ini diberlakukan system test untuk calon siswa siswi yang mendaftar disini. El pun mengikuti prosedur nya, ia akan melaksanakan test tertulis besok pagi. El banyak berharap agar bisa lolos test dan masuk ke sekolah ini, SMA Budaya..
            Filos..
“Dimas besok gue test, doain gue ya dim biar lolos. Gue gak tau mau daftar kemana lagi, kalo gak lolos test ini bisa dijeblosin ke pesantren gue. Gak kebayang kan lo 5 tahun kedepan lo ketemu gue dan gue udah bercadar..” Ujar El yang sedang berbicara dengan orang seberang, ya siapa lagi kalau bukan Dimas. Dimas adalah sahabat El yang bisa dibilang paling setia, mereka berteman semenjak mereka masuk ke taman kanak-kanak. Semua hal yang El alami dan rasakan pasti dibagi kepada Dimas begitu pun sebaliknya. “hahahaha El.. lo tuh ya dari tadi ngomongnya ngaco terus! Udah sana udah malem mending lo tutup bukunya, lo istirahat terus bobo cantik! Hahahaha” dimas lagi-lagi terpingkal karena ucapan El. “ih apaan sih lo dimas! Ngeselin banget gue lagi panic diketawain terus!” Jawab El dengan nada kesal. “hahaha iya non Ella Filoalisel maaf… yaudah sana lo istirahat biar besok otaknya fresh, besok gue tungguin testnya. Kalo lolos gue traktir es krim di cafĂ© biasa.” Dimas mencoba meredam kekesalan El karena hobinya yaitu meledek El. “yaudah iya, awas kalo gak traktir gue gak mau main lagi!” suara El sedikit mengancam. “dih bodo, dasar bocah! Udah ah! Dadah Ella..” sahut dimas. “Yaudah dadah Dimas bau!” El langsung mematikan teleponnya dan langsung terlelap memeluk bantal bintangnya.
Dan hari ini test pun dimulai, El mengerjakan soal demi soal dengan sangat teliti. Setelah selesai El langsung menghampiri Dimas yang menunggunya di kantin. “Dim.. udah dong dan gue ngerjainnya lancarrrr.” Ucap El sambil menyambar softdrink milik Dimas. “Ya baguslah.. tapi liat hasilnya ya nanti.” EL tidak menghiraukan ucapan Dimas dan langsung memesan sepiring siomay. Tepat pukul 13.00 WIB hasil test telah ditempel dan nama Ella Filoalisel berada di peringkat pertama. El sangat gembira, dan Dimas pun menepati janjinya untuk mentraktir El. Dan lagi-lagi “yahhh.. berarti gue gak ketemu pangeran gue dong dim? Yah sedih deh..” El tetap membahas lelaki itu. “lebay dasar! Jodoh gak kemana Non Ella tenang aja..” El hanya terdiam dan terus membayangkan pangerannya.
“Mama.. El punya kabar bagus dong mam..” El menghampiri mamanya yang sedang duduk di teras belakang rumahnya. “apa itu cantik? Coba kasih tau mama dong..” mamanya membalas sambil membelai rambut indah El. “mama kepo ya? Cie mama..” El tertawa nakal mamanya mencubit pipi anak semata wayangnya itu. “El lolos test dong mam, dan mama tau? El peringkat pertama. Mama seneng gak?” El tidak sabar melihat ekspresi super heronya maksudnya mamanya. “aduh.. seneng gak yah?” mama El membalas guyonan El. El mendengus kesal dan mamanya langsung memeluk El. “Ya seneng dong sayang.. mama bangga deh sama anak mama yang cantik ini nih. Belajar yang bener ya nak, tunjukin kalo kamu selalu bisa jadi yang terbaik..” El membalas pelukan mamanya dan mengatakan “pasti mam.. I will do my best, it’s because I love you.” Mamanya tersenyum dan mengecup kening El.
Malam hari dikamar El.. “Pangeran itu siapa sih nama aslinya? Berarti besok gue ga ketemu pangeran dong? Gue pengen banget tau siapa nama pangeran itu. Pangeran..” gumamnya kepada dirinya sendiri. Pangeran kalo kamu emang buat aku kita pasti ketemu secepatnya, dan kita jadi satu. Filos.. dan mata El pun terpejam.
Kriiing…
“Jam 5! Gue harus sekolah!” El beranjak dari tempat tidurnya, dan ini adalah hari pertamanya masuk sekolah. El sangat bersemangat sekali pagi ini, biasanya ia bangun jam 06.00 dan sekarang ia bangun 1 jam lebih awal dari biasanya. Setelah selesai mandi El bercermin dan ia heran tumben sekali ia sudah siap pukul 05.45. “Kok masih pagi banget ya? Tapi kenapa gue semangat banget pagi ini? Dan kenapa gue deg-degan? Ah who cares mungkin ini hidayah biar gue ga kesiangan terus..” El keluar kamar dan menuruni anak tangga menuju meja makan. El sarapan bersama keluarganya, selesai sarapan El berangkat ke sekolah bersama papanya. Diperjalanan papanya bertanya kenapa El tumben sekali sudah siap pagi-pagi El hanya bergeleng kepala dan tersenyum.
El masuk ke kelas 10F dan tidak ada seorang pun yang El kenal. Akhirnya ada seorang gadis berambut ikal bersedia menawarkan bangku kosong di sebelahnya. Gadis itu terlihat ramah sekali. Ia memperkenalkan dirinya “hai.. aku Diana, kamu siapa?”
 “hei.. aku Ella tapi panggil saja aku El.” Mereka memulai percakapan dan tak terasa Pak Sony wali kelas mereka sudah masuk dan mengbsen para siswa satu persatu kemudian memperkenalkan nama beliau.
Teng..teng..teng..
Saat El hendak berjalan menuju kantin tiba-tiba ada seseorang yang memanggilnya dan itu adalah Shanti temannya di SMP. “Hei.. masuk sini juga Shan? Siapa aja yang masuk sini?” Tanya El, “iya lah kalo gak disini masa gue ketemu lo hehe yang masuk sini si Yosep, Clara, Mika, sama siapa lagi yah gue juga ga tau hehe” jawab Shanti sambil cengengesan. “dasar.. yaudah kantin bareng yuk?” Shanti menggandeng tangan El dan langsung berjalan ke arah kantin. Sesampainya di kantin El dan Shanti banyak sekali bercerita, dan tiba-tiba Shanti menanyakan adakah lelaki yang disukai El, dan El menjawab ada lalu mulai menceritakan awal ia bertemu pangerannya itu. Shanti bercie-cie dan muka El mendadak menjadi seperti tomat. “Udah yuk shan udah mau bel juga nih, ntar aja balik kita bareng terus cerita-cerita lagi.” El menarik tangan Shanti. Dan ketika mereka berada di pojok kantin El terdiam karena melihat.. jeng..jeng.. Pangerannya! “Shanti! Ada cowok yang gue suka!!!!” El langsung bergairah. “mana? Mana?” Shanti celingukan mencari sosok lelaki itu. “Eh ada mantan gue El..” Ujar Shanti sambil menunjuk ke arah pangeran El, El kira lelaki yang berada disebelah pangerannya ternyata ia terkejut saat bertanya yang mana mantan kekasih Shanti, dan Shanti menjawab “Dua-duanya El..”
Pranggg…
Rasanya hati El remuk, entah kenapa tetapi baru kali ini perasaan itu dirasakannya. Biasanya jika ia menyukai seseorang dan ada temannya yang menyukai orang itu juga dengan mudah ia mengalah dan melupakan lelaki itu. Tetapi sekarang rasanya El ingin sekali memperjuangkan cintanya. “Eh.. by the way mana cowok yang lo suka El?” Tanya Shanti yang membuyarkan lamunan El. “Hehehe salah orang gue Shan.. oh iya nama mantan lo siapa Shan?” El mencoba mengalihkan pembicaraan. “yang kulitnya sawo matang itu Doni, nah yang putih itu Alvael..” Shanti menjawab dan meneruskan langkahnya menuju kelas. Alvael.. nama nya unik banget.. seandainya nama kita bisa bersatu jadi AlvaElla. Gumam El di dalam hati dan lagi-lagi pipinya memerah seperti tomat. Ia terus tersenyum sepanjang hari, hingga ia sampai dirumah pun senyumnya masih terukir manis.
Ketika El sedang mengambil segelas air putih di dapur mamanya bertanya “Anak mama kenapa nih dari tadi senyum-senyum terus. Udah ada gebetan ya disekolah?” El hanya cengengesan dan mencium pipi mamanya dan langsung balik badan dan berjalan ke kamarnya. “Dasar anak ABG..” ujar mamanya.
“Alvael.. namanya lucu banget. Tapi kenapa dia harus jadi mantannya Shanti sih? Gue kan gak enak kalo harus terang-terangan sama Shanti kalo gue itu sebenernya suka sama Alvael. Tapi.. gue.. ah kalo emang udah takdirnya gue sama Alvael juga pasti ada jalannya.” El berbicara di depan cermin.
Dan benar saja setelah berselang 4 bulan El mendapat tawaran untuk menjadi vokalis di band Al dan teman-temannya. Tetapi lagi-lagi.. prang… hati El hancur berantakan ketika latihan Al membawa seorang gadis cantik dan teman-temannya bilang itu adalah kekasih Al. Mungkin kalau tempat itu sepi El sudah meraung-raung tapi situasi disini sangat ramai. Akhirnya El hanya bisa diam. “Lo kenapa El? Kok ga semangat gitu sih?” rio mencoba bertanya kepada El. “eh Rio.. gue gak kenapa-kenapa kok. Emang kenapa sih?” El memang menanggapi pertanyaan Rio tetapi pandangannya tetap menuju kearah Al yang sedang bermain gitar, dan Rio memergokinya. Rio pun mengerti dan langsung meledek El “lo suka sama Al ya? Ngaku lo El.. cie.. bilangin ke Al ah.” El kaget dan langsung terlihat sangat gugup, Ia heran bagaimana bisa Rio mengetahui perasaannya. “ih apaan sih lo? Enggak! Masa iya gue suka sama cowok orang. Lagi juga mana mau doi sama gue ceweknya cakep begitu..” El mengelak tetapi Rio tetap saja meledeknya. “Lo ga bisa bohong sama gue El. Suka bilang aja suka, mereka kan baru pacaran ini masih bisa putus. Jodoh gak kemana..” El mencubit perut Rio dan menlanjutkan menghafal lirik yang diberi oleh Al.
Ketika mulai latihan lagi jantung El terasa berdebar sangat dahsyat apalagi ketika ia dan Al bernyanyi bersama. Dan tak sengaja mereka mereka saling memergoki ketika mereka sedang saling curi-curi pandang. Rio yang sudah mengetahui perasaan El langsung berdehem dan tertawa-tawa. Pipi El dan Al memerah bersamaan.
Sore hari di teras belakang rumah El.. “Dim pangeran gue udah punya cewek masa tadi di bawa latihan sama dia. Patah deh hati gue.” El bersandar di tembok terasnya dan Dimas pun menanggapi. “Lebay lo El.. baru pacaran, sebelum janur kuning melengkung hajar terus bro..” Dimas mencubit pipi sahabatnya itu, El tersenyum dan tiba-tiba berucap lagi “tapi ceweknya cantik banget Dim, ya pasti Al milih ceweknya lah Al nya juga cakep begitu. Hah bendera putih deh gue kibarin.” El sangat lesu saat berbicara seperti itu. “Nah kan.. gini nih jeleknya lo pesimis banget! Emang lo pikir semua cowok itu ngeliat cewek Cuma dari tampilan luarnya doang? Salah besar kalo lo mikir gitu. Kalo Al ngerasa lo lebih baik dari ceweknya dia pasti milih lo lah El.. udah ah jangan galau mulu, nih mainin!” Dimas menyodorkan sebuah gitar dan mereka bernyanyi bersama di bawah siluet senja yang memercikan sedikit warna merah jambu, semerah jambu hati El semenjak ia mengetahui Al. Filos..
El mencoba melupakan Al ketika ia melihat gadis itu sedang bersender di pundak Al. prang.. prang.. prang.. entah sudah menjadi berapa banyak serpihan hati El saat itu. Ingin rasanya El menangis dan mengungkapkan semua perasaan nya kepada Al tapi semuanya tidak mungkin. El bukan lah siapa-siapa Al, hanya sebatas teman 1 band. Apalagi Al terlihat sangat menyayangi gadis itu. Patah lah sudah harapan El untuk terus mempertahankan cintanya. “Lo kenapa El? Kok sedih banget sih mukanya? Jelek lo ah..” sapa Rio saat melihat El sedang duduk di tangga dekat perpustakaan. “Al sayang banget ya sama ceweknya? Gue nyerah aja deh kalo begini ceritanya. Gue gak mungkin sama Al..” El menahan tangis, Rio kaget dan langsung mencoba menenangkan El yang sudah ia anggap sahabatnya. “El lo ga boleh ngomong gitu dong, biasanya lo ceria kok sekarang jadi cengeng kaya gini sih? Kalo soal perasaan y ague ga tau El, gue ga pernah nanya sama Al. Tapi gimana ya El.. gue yakin kok lo masih punya harapan buat sama Al. udah banyak juga Al ngerespon lo kan? Jangan putus asa gitu, suatu saat pasti ada jalan biar kalian berdua bersatu El.” El yang sudah tidak mampu membendung air mata langsung menumpahkannya. “Gue takut kalo untuk terlalu berharap tinggi gitu, gue gak mau sakit hati lebih dalem yo.. kaya gini aja gue udah ngerasa sakit banget. Apa lagi kalo ternyata gue dapet harapan kosong.” Rio mengusap air mata El dan terus mencoba menenangkan hati El. “ya sekarangsih terserah lo. Mau tetep nunggu Al boleh mau buka hati buat yang lain juga boleh. Tapi jangan salah pilih ya El gue gak mau liat lo sakit, lo udah gue anggep sahabat gue. Jangan sedih terus El. Percaya aja ya jodoh itu gak akan kemana. Kalo emang udah takdirnya lo sama Al pasti ada jalan buat kalian berdua.” El tersenyum dan menghapus air matanya.
Sebulan kemudian Rezky, sosok di masa lalu El datang. Akhirnya El mencoba untuk kembali menjalani hidupnya bersama Eky, begitulah panggilan El untuk Rezky. Memang di awal El sedikit demi sedikit bisa menutupi kesedihannya tentang Al. tetapi semakin hari berlalu bayangan Al semakin melekat di pikiran El. El tetap tidak bisa membohongi hati kecilnya, memang di bibir El memilih Eky tetapi hatinya menolak. Hatinya tetap memilih Al. akhirnya El memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Eky, awalnya Eky memang tidak bisa menerima. Tetapi akhirnya Eky berhasil move on ketika bertemu dengan seorang gadis bernama Titan. Dan tiba-tiba terdengar kabar angin bahwa Al putus dengan gadis cantik itu. El mencoba untuk tidak mempercayainya karena El tetap teguh dengan kata hatinya bahwa Al sangat menyayangi gadis itu. Sampai akhirnya Rio menceritakan semuanya kepada El.
Hari itu hari sabtu, Rio mengajak El untuk menemaninya sebentar ke sebuah warung yang sudah menjadi tangkringan Rio, Al, dan teman-teman mereka yang lain. Ketika El sedang bercanda dengan Rio, El seperti melihat Al menoleh ke arahnya dan tersenyum sangat manis. “Rio.. itu si Al senyum sama siapa?” Tanya EL heran. “sama lo kali El, senyumin balik lah..” Rio menjawab dengan wajah yang meledek. “ah gak mau gue, kalo dia bukan senyum sama gue malu bro. gila lo..” El melihat kearah belakang tetapi dibelakang tidak ada orang dan Al terus tersenyum ke arahnya.
Hey I just met you and this is crazy but here’s my number so call me maybe..
Handphone El berbunyi dan ternyata dari Diana. “sebentar gue angkat tilipun dulu bro.. hallo? Kenapa neng?” El berjalan agak jauh dari warung itu karena disitu cukup berisik. “hah? Balik kesekolah? Ngapain?” dan terdengar suara dari seberang sana “ini buku biologi lo ketinggalan El. Cepetan ambil senin kan kita ulangan jam pertama biologi.” El baru ingat dia lupa membawa pulang buku biologinya,El pun langsung meminta Rio untuk mengantarnya ke sekolah. Lalu El berpamitan kepada anak-anak yang berada di warung itu. “gue balik ke sekolah dulu ya.. duluan..” pamit El dan El terkejut ketika mendengar suara Al menjawab paling pertama “Iya El.. hati-hati ya..” dan Al melemparkan senyum yang sangaaaat manis, El pun membalas senyuman Al tak kalah manisnya.
Diperjalanan menuju sekolah.. “Senyum nya manis banget ya bro..” El tidak sadar mengatakan hal itu. “senyum siapa? Al? cieee masih berharap ya mbak sama mas Al? asyik..” El menepok keningnya dan merasa bodoh harus mengatakan hal itu di bawah alam sadarnya. “dih enggak. Ngasal lo kalo ngomong, Cuma senyum doang. Terus kalo gue bilang manis berarti gue masih menggantungkan harapan gue ke dia gitu?” Rio tertawa melihat ekspresi El yang gugup tapi sok menutupi kegugupannya itu.
Di sisi lain.. “senyumnya si El manis juga ya hehe” ucap Al kepada teman-temannya. Dan mereka serentak berteriak “Cieeee…” wajah Al merah semerah udang rebus, dan Al hanya tertawa kecil. Tanpa disadari ternyata Al merasakan jantungnya berdegup lebih kencang dari biasanya. “gue jemput El kesini dulu ah biar ketemu sama mas Al hahaha” ledek Rio dan langsung mendapat dukungan dari teman-temannya yang lain. Wajah Al terlihat gugup sama seperti ekspresi El yang tadi.
Dan Rio  pun menjemput El di sekolah, El langsung naik ke motor Rio dan Rio mengajaknya untuk ke warung itu lagi dengan alasan ada barangnya yang tertinggal. El hanya mengikuti kata-kata Rio. “El lo tau gak tadi si Al ngomong apaan pas di warung?” tiba-tiba Rio menanyakan hal yang aneh menurut El. “yeh mana gue tau kan lo belum cerita sama gue hahahaha” El meledek Rio. “Ih serius.. tadi dia bilang senyum lo manis persis kaya yang lo bilang ke gue tadi.” El tidak percaya dan langsung mengelak. “ngarang aja lo kerjaannya mana mungkin dia ngomong kaya gitu! Wooo mau coba bohongin gue? No way lah yaw…” El tertawa kecil dan tawanya langsung berhenti ketika mendengar Rio mengucapkan “Demi Tuhan gue gak bohong..” El terpaku dan membisu, apa lagi ketika sampai diwarung jantungnya semakin berdetak kencang, sama halnya dengan Al.
Al menghampiri El dan langsung membuka pembicaraan, sebenarnya mereka sama-sama merasakan grogi tetapi mereka berusaha menutupi semuanya, teman-teman mereka mentertawakan dari jauh. “hmm..mau pulang sekarang gak El? Udah mau hujan nih..” Tanya Al ditengah obrolan mereka. “boleh.. pulang yuk udah sore juga Al.” El merapihkan tas dan mengenakan sweater berwarna biru, dan ternyata Al mengenakan sweater dengan warna yang sama. “lo pulang sama gue aja El..” ajak Al. ini gue mimpi gak sih diajak pulang sama Al. al gue mau pulang sama lo. Aduh Al kok gentle sih mau nganterin gue pulang. Teriak El dalam hati. “El? Kok diem? Mau gak pulang sama gue?” El menepis semua lamunan El,  El pun mengiyakan dan langsung naik ke motor Al. deg..deg..deg..deg..  begitu lah suara degup jantung Al dan El. Teman-teman mereka tidak habisnya meledek mereka karena mereka ikut merasa senang dengan kedekatan mereka.
Dan ternyata di tengah perjalanan hujan, akhirnya mereka berteduh di sebuah warung. Mereka menunggu hujan berhenti sambil berbicara banyak hal. Dan mulai dari situlah keduanya merasa nyaman. Ketika hujan berhenti Al mengantarkan El pulang, sesampainya dirumah El, Al langsung pamit pulang karena hari sudah mulai gelap. El memasuki rumah dengan sangat sumringah. El bersenandung kecil sambil memegangi pipinya. Mama papanya heran melihat kelakuan El tetapi mereka sudah bisa menebak bahwa anak  mereka sedang dilanda kasmaran.
drrttt.. drrtttt..
handphone El bergetar ternyata ada sebuah pesan dan itu adalah AL! El senang bukan kepayang. Mereka melanjutkan obrolan mereka melalui pesan singkat itu dan ketika menjelang tidur Al mengatakan “selamat tidur El..” hati El semakin berbunga-bunga. El pun membalas pesan singkat itu “Selamat tidur juga Al..” El menutup matanya dengan senyuman dan ia berbisik di dalam hati “I love you Alvael!”
filos..
hari Senin pun tiba, ini adalah Ujian Akhir Semester El dan seluruh siswa siswi SMA Budaya harus mengerjakan soal demi soal dengan teliti agar mendapat hasil yang baik. Pelajaran pertama adalah biologi, El mencoba menenangkan pikirannya yang sedang berbunga-bunga itu agar bisa santai dalam mengerjakan soal. Pelajaran biologi, hingga pelajaran terakhir pun selesai dan bel pulang berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar. Dan ternyata Rio sudah menunggu El di depan pintu ruangan El. “Balik bareng Al gih, lo ditunggu dia di parkiran.” Ucap Rio. “gue? Sekarang?” Tanya El dengan wajah linglung dan tetap dengan jantung yang dag dig dug. “tahun depan! Ya sekarang lah non..” El tersenyum bingung dan langsung berjalan ke parkiran. “hei El.. pulang sama gue yuk? Tapi ke warung dulu ya sebentar.” Ajak Al, El mengangguk dan langsung naik ke motor Al.
Sesampainya di warung Al duduk di sebelah el dan tanpa membuang waktu.. “El gue suka sama lo, gue sayang sama lo, lo mau gak jadi pacar gue?” boom!!! Al mengutarakan perasaannya kepada El, El hanya melongo bingung karena ia masih tidak percaya. “El? Mau jadi pacar gue?” Tanya Al lagi. “ini serius?” El bertanya balik. Al mengenggam tangan El dan mengatakan “serius El gue sayang sama lo.” El melihat mata Al yang menatap sangat dalam. Dan pucuk dicinta ulam pun tiba.. El mejawab dan menerima Al sebagai pacarnya. Al memeluk tubuh El, dan teman-temannya langsung bersorak. El tersipu malu dan melihat kearah Rio, Rio tersenyum dan mengacungkan jempol. “I love you Ella Filoalisel!” Al berbisik di telinga El. “I love you too Alvael Gerladine..” dan akhirnya hari itu menjadi hari jadi Al dan El. Dan terwujudlah nama ini “AlvaElla”.
Kisah cinta AlvaElla berjalan layaknya seperti perjalanan cinta Romeo dan Julliete. Semakin hari perasaan dua sejoli itu semakin dahsyat. Hingga akhirnya 2 hari lagi tanggal 22 Maret. Itu adalah ulangtahun Al. El sudah mempersiapkan banyak hal untuk merayakan ulangtahun hal. Sehari sebelum ulangtahun Al, El pergi bersama Rio untuk memesan kue ulangtahun Al. dan ketika perjalanan pulang mereka bertemu Al dan Al merasa sangat cemburu dan Al marah. Lalu Al memutuskan untuk berpisah. El menangis tetapi Al tetap tidak ingin mendengar, akhirnya El mencoba menjelaskan semuanya kepada Al. tetapi Al tetap dibalut emosinya. “el.. maafin aku, bukan karena aku gak sayang tapi aku gak bisa ngeliat kamu sama cowok lain. Aku cemburu El. Maafin aku..” ucap Al dalam hati. El hanya bisa terdiam dan menerima. Sesampainya El dirumah mama bertanya karena melihat mata El yang sembab. El langsung masuk kamar dan membungkus kado untuk Al. mamanya masuk dan mengusap rambut El. “kenapa sayang? Kok pulang-pulang nangis? Besok kan ulangtahun pangeran nya El, kok permaisurinya sedih sih?” mama memeluk El, dan El mencoba untuk menahan tangisnya. “udah gak ada AlvaElla lagi mam.. tadi Al putusin Ella gara-gara Al ngeliat El naik motor sama Rio. Padahal semuanya EL lakuin buat besok mam. El sayang banget sama Al, dan mungkin ini kado terakhir buat Al.” akhirnya airmata mengalir juga tanpa El sadari. Mama mengusap air mata El dan membantunya menghias kado untuk Al. “sabar sayang.. kuat ya.. kalo Al emang udah ditakdirin buat Ella pasti dia balik lagi kok nak, cinta gak boleh cengeng. Kalo El sayang perjuangin terus ya. Ella bisa..” Mamanya tersenyum dan El mencoba membalas senyum mamanya sambil tetap menghias kado untuk Al.
22 Maret pukul 00.00 WIB.
Tahanlah wahai waktu ada selamat ulangtahun yang harus tiba tepat waktunya, untuk dia yang terjaga menantiku.. Happy sweet 17 Alvael Geraldine. Semoga semua bisa jadi lebih baik lagi terutama untuk kita. I love you Al..
Begitulah pesan singkat yang dikirim untuk Al yang hari ini berulang tahun ke 17. El lagi-lagi menangis memandangi foto Al. dan tak lama dari itu..
I have died everyday waiting for you, darling don’t be afraid I have loved you for a thousand years, I love you for a tthousand more..
Nada dering khas yang El berikan untuk Al. El meraih handphone nya dan benar saja di layar tertera nama Al. “Al?” El menekan tombool hijau di handphone nya dan langsung menyapa Al melalui telepon. “Hallo Al? ada apa?” Tanya El, “hei.. kamu belum tidur?”
 “belum Al aku gak bisa tidur.. kamu kenapa belum tidur?” El balik bertanya. “Aku tadi udah tidur terus kebangun lagi. Oh iya makasih ya El, kamu orang pertama yang ngucapin ke aku. Aku seneng banget kamu jadi orang yang pertama. Banyak banget yang doain kita langgeng El. Aku sayang kamu..” ternyata Al sedang memandangi foto El, sama seperti yang El lakukan. “Iya Al sama-sama aku juga sayang kamu.. sekarang tidur dulu gih besok sekolah. Sekali lagi happy birthday Alvael. Good night, I love you..” El sudah bersiap untuk tidur “Makasih ya sayang.. aku seneng diulang tahun aku yang ke 17 ini aku sama kamu. I love you too sayang..” Jawab Al dengan suara lembut sekali. Ketika El hendak memutuskan telepon El tiba-tiba berkata “Al? berarti kita gak jadi putus?” El bertanya polos dan terdengar suara tertawa kecil dari Al “iya sayang kita gak putus, maafin aku yang kemarin ya. Aku nyesel.. sekarang tidur ya kita terusin besok. Dadah sayang, I love you..” El lega sekali mendengar kata-kata Al. “Hehe iya sayang gak apa-apa kok. I love you too..”  Akhirnya telepon pun terputus.
Malam harinya El memberikan kejutan diacara ulang tahun Al. Al merasa sangat senang, dan jam sudah menunjukan pukul 22.00 WIB, Al mengantarkan El pulang dan ketika sampai dirumah El.. “sayang makasih banget ya untuk hari ini, aku seneng banget aku ngerasa special di mata kamu. Kamu cinta pertama dan cinta terakhir aku El. Aku sayang kamu..” Al mencium kening El, dan El langsung memeluk Al erat. “Kamu juga cinta pertama dan terakhir aku Al, aku juga sayang kamu..” El tersenyum dan Al pamit pulang. El sangat bahagia karena akhirnya semua rencananya berjalan lancar walaupun sempat ada batu besar menghalangi kemarin.
Hari demi hari.. bulan demi bulan sudah terarungi dan hari ini adalah hari jadi AlvaElla yang ke satu tahun. Mereka menghabiskan hari ini berdua, mereka pergi ke sebuah tempat yang indah sekali dan mereka menyanyikan sebuah lagu yang sangat romantis.. “I love you for a thousand years I love you for a thousand more..” lagu itulah yang mereka nyanyikan di hari jadi mereka. “hari ini indah banget ya Al.. aku seneng deh..” ucap El, Al langsung memeluk El.”iya semuanya indah kalo dilewatinnya bareng sama kamu..” El mencubit perut Al dan mereka langsung tertawa. Dan semenjak hari itu mereka semakin seperti Romeo dan Julliete perjalan cinta mereka indah walau terkadang ada secuil masalah yang membuat mereka terbakar ego. Ya namanya perjalanan cinta pasti ada likunya.
15 Juli, 19.00 pesta ulangtahun El yang ke 17. Al memberikan sangat banyak kejutan untuk El. Dan Al menyanyikan lagu favorit mereka di acara ulang tahun El. El tersipu  malu dan ia sangat terkejut ketika melihat sebuah bingkisan besar dari Al. ketika El membuka bingkisan itu terlihat sebuah lukisan yang sangat indah. Lukisan itu adalah El yang sedang tersenyum, al membuat lukisan itu untuk menjadi hadiah ulangtahun ke 17 El. Teman-teman yang hadir langsung bersorak seperti biasa “cieee…” EL tertawa kecil, dan untuk El itu adalah hari terindah didalam hidupnya.
Akhirnya mereka lulus dari SMA Budaya, dan mereka kuliah di salah satu Universitas Negri terfavorit di Indonesia. Perjalanan cinta mereka tetap berjalan sangat mulus. Hingga akhirnya mereka menjadi sarjana. Al diterima disebuah perusahaan swasta yang bergerak di bidang teknik. Sementara El diterima di sebuah perusahaan asing dibidang advertising. Tak terasa hubungan mereka sudah terjalin hamper 5 tahun. Dan sekarang usia mereka sudah memasuki angka 20. “sayang besok kita 5 tahun ya? Cieee..” ucap Al yang sedang berbicara dengan El lewat telepon. “iya dong sayang besok kita 5 tahun. Seneng gak sayang? Hehe” ucap El. “seneng dong sayang, besok pulang kerja aku jemput yah aku mau ajak kamu ke suatu tempat.” Ajak Al kepada El, El langsung penasaran dan bertanya kepada Al. “Mau kemana sayang?” Al hanya menjawab “ada deh.. kamu kepo!” lalu Al tertawa “ih nyebelin banget sih ditanya juga, dasar jelek!” Al semakin tertawa mendengar suara El. “rahasia dong sayang kalo dikasih tau namanya bukan surprise gendut.. payah!” Jawab Al. “ih dasar jelek! Yaudah besok aku tunggu ya sayang, aku mau mandi dulu. Kamu juga mandi gih sana bau ih!” ucap El meledek “yeh.. nyebelin. Yaudah aku mandi ya, kalo udah selesai sms aku. Dah.. love you..” El tertawa kecil “hehe iya sayang, love you more sayang.. dadah..” tut..tut..tut.. tandanya telepon sudah terputus.
“Besok 5 tahun sama Al, lucu juga yah yang dulu nya gue nangis-nangis gara-gara ngeliat dia sama cewek lain eh terus tiba-tiba jadian dan sekarang udah mau 5 tahun. Al.. al.. kamu lucu banget sih Al selalu aja punya cara bikin aku seneng. Semoga kita awet terus ya sayang.. hihi dasar Al. Filos..” ujar El yang tersenyum sambil memandangi foto mereka berdua. Dari zaman mereka SMA, kuliah, hingga sekarang. Filos..
Dan sekarang adalah hari jadi AlvaElla yang ke 5. Sesuai dengan janjinya Al sudah stand by di depan kantor El. Al mengajak El ke sebuah tempat yang tidak asing lagi untuk El, di warung itu warung bersejarah lahirnya AlvaElla. El terkejut disaat melihat semua teman-teman yang menyaksikan kejadian 5 tahun lalu itu datang dan memberi kejutan. Ternyata Al yang menyiapkan semua itu. Ternyata ada Diana juga sahabat pertama El di SMA dan ternyata ia menggandeng Rio. El terkejut “Diana sama Rio? Sejak kapan? Kok ga pernah cerita sih? Ih jahat!” El merengek manja dan Diana langsung mencubit pipi El “baru aja kok El.. ini baru mau diceritain hehe” jawab Diana. “Cieee udah 5 tahun ya mbak sama mas Al nya? Cepet-cepet aja ke pelaminan hahahaha” Al menyenggol Rio dan ikut tertawa bersama Rio. “apaan sih lo hahaha” El tertawa dan lagi-lagi pipinya memerah.
Al tiba-tiba mengambil sesuatu di mobilnya. Dan ternyata itu adalah sebuah kotak kecil. Tiba-tiba semuanya jadi hening dan semua perhatian terpusat kepada Al dan El. “Sayang.. selamat hari jadi yang ke 5 ya, semoga kita awet terus. I love you..” ucap Al sambil membuka kotak kecil tersebut. Dan didalamnya terdapat sebuah kalung bertuliskan “Alvaella” El meneteskan airmata dan langsung memeluk Al. dan kebiasaan teman-teman mereka belum hilang juga mereka serempak berteriak “cieeee..” Al memasangkan kalung tersebut di leher El. Tuhan.. terimakasih telah menghadirkan sosok Al ke dalam hidup ku. Jaga dia untuk aku ya Tuhan.. filos..
3 bulan setelah hari jadi mereka, Al mengajak El makan malam dirumahnya. El bertemu dengan keluarga Al, dan hubungan mereka terasa sangat hangat.  Hari sudah semakin larut dan El pamit pulang, Al mengantar kan El pulang ke rumahnya. “El besok aku berangkat ya..” ucap Al. “kamu mau kemana? Kok gak cerita sama aku sih?” jawab EL bingung karena Al sama sekali tidak bercerita kemana ia akan pergi dan untuk apa. Al menceritakan semuanya kepada El. Ternyata Al di kontrak di sebuah perusahaan asing yang berada di Australia. El merasa berat mendengarnya. “Cuma 3 bulan kok sayang gak lama.. aku pasti kabarin kamu terus.” El terlihat meneteskan airmata, karena baru kali ini ia harus merasakan jauh dari sosok yang biasanya selalu hadir di setiap hari-hari nya. Mobil Al pun berhenti di depan rumah El, air mata El masih tetap menetes. Al memeluk tubuh kekasihnya itu dan mencium kening El. “Percaya aku sayang, aku gak macem-macem disana aku janji. Inget aku selalu sayang km. aku Cuma sayang sama kamu Ella..” El hanya terdiam menatap dalam mata Al. Al mengusap air mata El dan terus memeluk Ella Filoalisel.
Hari ini adalah hari keberangkatan Al ke Australia. El mengantar Al sampai bandara bersama Rio dan Diana. Pesawat Al sudah tiba dan El meneteskan air mata lagi. Berat aku ninggalin kamu El, tapi ini semua demi masa depan kita nanti. Aku janji bahagiain kamu El. Aku sayang kamu.. ucap Al dalam hati. “Al.. jangan nakal ya disana, kerja yang bener kamu ga boleh genit. Kamu udah punya aku. Aku sayang kamu.” El langsung memeluk Al erat-erat. Dan Al menjawab “Aku janji sayang, aku berangkat ya. Jaga diri kamu. I love you Ella..” Al mengecup kening dan kedua pipi El, El menangis terisak terasa berat melepaskan kepergian Al. Al pun pergi..
“udah El jangan nangis terus Al kan Cuma pergi sebentar..” Diana memeluk El, El hanya terdiam memandangi foto Al.
Al lagi apa? Aku kangen Al.. baru ditinggal sebentar aja aku udah kangen. Jangan nakal ya Al..
Drrttt.. drrtt..
Sebuah pesan masuk dari Al, El langsung seigap membuka pesannya “hei sayang.. udah maem? Km lg apa? Aku baru sampe hotel sayang, capek.. I miss you..” El terdiam dan terus memandangi foto Al.
Belum ada sehari ditinggal Al kenapa rasanya gue udah galau banget sih. Kadang cinta itu abstrak.. hmm..
“hei sayang.. aku udah maem, km? km istirahat ya jgn kecapean km ga boleh sakit! I miss you too love..” El menekan tombol send.
Sudah satu bulan berlalu, Al masih berada di Australia. Rasa rindu itu terus menusuk El. 2 bulan bukanlah waktu yang singkat untuk menanti, tetapi El tetap menguatkan hati sampai 2 bulan ke depan sampai Al kembali lagi ke Indonesia.
Nomor yang anda tuju sedang sibuk.
“kok tumben ya Al nomornya sibuk? Coba nanti gue telepon lagi deh..”
El mengaktifkan laptopnya dan berkomunikasi dengan Diana via Skype. “Gue kangen Al banget.. kok 2 bulan lama ya na?” terlihat ekspresi sedih dari wajah El. “tadi juga gue telepon nomornya sibuk na tumben.. gue takut Al kenapa-kenapa.”
“eh jangan mikir jelek dulu dong el. Namanya juga orang lagi kerja.. Al pasti lagi sibuk say..” Jawab Diana.
“hmm.. mungkin. Gue mandi dulu ya badan lengket banget abis kerja. Dadah Diana, keep contact ya I love you..” El memutuskan skype nya dengan Diana.
Mama sudah memanggil El untuk makan malam, El turun dengan wajah yang sangat tidak bersemangat. Mama menanyakan ada apa dan El menceritakan semua. Mama berkata hal yang sama dengan Diana “Al lg sibuk sayang..” it’s okay kalo Al sibuk gue coba ngerti. El merasa matanya sudah berat dan langsung mengirim pesan singkat untuk Al “aku bobo duluan ya Al, km jgn lupa maem, mandi, istirahat. Take care! I love you..” El menunggu setengah jam tetapi tidak ada balasan juga dari Al. akhrinya El memutuskan untuk tidur saja.
Sudah dua bulan Al bekerja di Negara seberang, dan belum ada kabar juga. Bayangan Al selalu berlari-lari dipikiran El. Hingga akhirnya suatu malam…
 I have died everyday waiting for you..
AL!!!!! El langsung menyambar handphonenya dan mengangkat telepon Al. “hallo Ella..” terdengar suara dari Al, “hai Al kamu kemana aja sih sebulan gak kabarin aku! Aku khawatir!” El menjawab dengan nada setengah kesal.
“Aku gak apa-apa sayang maafin aku ya gak kabarin km, aku sibuk banget sayang.. aku lembur setiap hari aku capek banget, biasanya ada yang pijitin aku tapi sekarang gak ada. Aku kangen km El..” Ucap Al.
“Aku juga kangen sama km sayang, apa lagi pas kamu gak kasih kabar. Aku khawatir.. kamu jangan kecapean ya sayang. Sebulan lagi kamu pulang aku mau cepet-cepet ketemu kamu.” Jawab El dengan suara serak karena menahan tangis. “iya sayang aku gak kecapean, kamu jangan nangis dong. Sekarang bobo gih udah malem kan disana? Aku harus lanjut kerja lagi. Dadah sayang jangan nakal ya, love you ella..”
“Kamu juga jangan nakal ya sayang, dah… I love you too..” Sambungan telepon terputus. El segera mandi dan langsung bersiap tidur.
                        Ini adalah cobaan cinta, dimana kita harus bisa sabar menunggu. Dan yang paling berat adalah kita harus bisa menahan rindu yang setiap saat semakin meruncing. Dan kita harus tetap percaya dengan seseorang yang jauh ribuan kilometer. Aku sayang kamu Al..
            El terlelap dalam tidurnya, terlihat raut garis yang letih di wajahnya.
                        “Hei muka lo kok capek banget sih El? Banyak pikiran ya di kantor?” Tanya Diana disaat mereka bertemu di sebuah cafĂ©. “Iya gue lagi capek banget Na.. lo gimana di kantor? Gue suntuk nih..” jawab El tanpa semangat.
            El semenjak jauh sama Al lo jadi gak semangat banget sih.. beda banget sama lo yang dulu tapi gue janji jaga lo demi Al demi persahabatan kita. Kata  Diana dalam hati. “ya gitu deh sama kaya lo, gue juga lagi capek di kantor. Nanti malem aja gue ada meeting sama client.” El hanya melemparkan sebuah senyum dan ternyata ia sedang memandangi foto Al di handphonenya.
                        Setiap El letih pasti ia memandangi foto Al, karena entah mengapa El selalu menemukan sebongkah semangat dari senyum Al. hati El terus menangis memanggil nama “Alvael Geraldine”.
            Seminggu lagi Al pulang tetapi masih belum ada kabar dari Al, El mencoba membangun pikiran yang positif terhadap Al. Dan seminggu pun berlalu seharusnya hari ini adalah hari kepulangan Al. El langsung bergegas menuju bandara untuk menjemput Al. pagi, siang, sore, hingga malam Al tak kunjung menampakan batang hidungnya. El sangat merasa kecewa. Sekarang sudah dini hari dan El memutuskan untuk pulang saja. Di sepanjang perjalanan El menangis, hingga sampai dirumah pun El masih menangis. El tidak tahu perasaan apa yang ia rasakan sekarang antara sedih, kecewa, benci, marah, khawatir, rindu, semuanya bercampur aduk.
            Dua hari lagi adalah hari ulang tahun El yang ke 21 dan masih belum ada kabar juga dari Al. El sangat sedih, Diana, Rio, bahkan Dimas sahabat kecilnya tidak berhasil untuk menghibur Diana.
            Kriiing.. kriiiing…
“Hallo selamat malam.. mau bicara dengan siapa?” sapa mama El saat mengangkat telepon rumah yang berdering. “tante ini Al, Al mau bicara sama tante tapi tolong tante jangan kasih tau El ya,..”
            “Al kamu kemana saja nak, El khawatir mikirin kamu terus. Ada apa sih? Kayanya rahasia banget..” mama El penasaran. “iya tante Al tau, maafin Al ya tante bikin Ella jadi begitu. Jadi gini tante dua hari lagi kan El ulangtahun, Al mau kasih kejutan buat Ella. Tante mau bantu Al kan? Nanti Al jemput om sama tante, Al udah ngerencanain ini juga sama Diana, Rio, dan Dimas.” Jelas Al panjang lebar. “ih kamu tuh ya dari dulu iseng banget.. yaudah asal jangan macem- macem ya. Tante mau bantu Al kok.” Jawab mama El dengan ramah.
            “hehe iya tante Al gak macem-macem kok. Hmmm.. tante pas ulangtahun El, Al mau lamar El boleh?” Tanya Al dengan jantung yang berdegup sangat cepat. “kamu serius sama El? Tante sama om sih setuju aja nak Al, asal kamu bisa jaga Ella dan tanggung jawab dengan baik ya.”
“jadi tante setuju?” Al memastikan. “iya nak, apapun yang terbaik untuk  kalian berdua.” Tiba-tiba terdengar Al menjerit gembira. “makasih ya tante, semoga semua nya berjalan lancar. Maaf Al ganggu tante malam-malam. Makasih tante, malam..” Al menutup telepon dengan suasana hati yang gembira.
            Sehari sebelum El ulang tahun, Al masih belum mengaktifkan handphonenya. Tanpa kabar secuil pun dari Al. akhirnya El memutuskan untuk mengirim pesan singkat kepada Al. El masih berharap Al akan hadir disaat ulangtahunnya nanti. El sama sekali tidak mengharapkan kejutan apa-apa tapi El hanya ingin bertemu dengan Al.
            Al.. kamu dimana sih sebenrnya? Kamu kenapa Al? aku kangen kamu.. aku tetap percaya cinta kita Al..
Filos..
            15 juli pukul 00.00 WIB.
Drrttt..drttt.. handphone El bergetar ternyata ada telepon dari Diana. “happy birthday Ella.. happy birthday Ella.. happy birthday.. happy birthday.. happy birthday Ella..” terdengar suara Diana bernyanyi dan mengucapkan selamat ulangtahun kepada Ella yang kini berusia 21 tahun. El sangat senang dan lagi-lagi El berharap ada sosok Al di hari specialnya ini.
            Sudah pukul 19.00 WIB dan tandanya El bisa pulang kerumah dan terbebas dari jeratan tugas-tugas kantornya. El kaget ketika melihat Diana dan Rio sudah berdiri di depan kantornya. “yuk ikut, kita rayain ulang tahun lo. Lagi gak bawa mobil kan El?” Tanya Diana. El menggeleng dan masuk ke dalam mobil. Rio membawa El dan Diana ke suatu tempat yang indah. Tepatnya tempat itu adalah tempat Al dan EL merayakan hari jadi yang pertama. Ketika turun dari mobil, Diana menutup mata El dengan sebuah selendang. “Na.. apaan sih kaya ABG aja, gue udah tua” ujar El. “Udah deh Non Ella diem aja, ikutin gue.”
            Dan langkah mereka terhenti dan terdengar lagu  a thousand years. Jantung El tiba-tiba berdegup cepat. Ketika El membuka penutup matanya, ada sosok Al yang berdiri dihadapannya. El terdiam karena merasa sangat kaget. Al memegang tangan El “masih inget tempat ini?” Tanya nya. “masih..” jawab El singkat.
            “Happy birthday sayang.. maaf kemarin aku ngilang. Aku siapin ini semua buat kamu. Aku mau kasih surprise ini buat km.” Al mengecup kening El, El merasakan hangat kecupan itu. “Iya sayang makasih ya aku seneng banget, jangan kaya gitu lagi ya aku sedih.. jangan hilang lagi..” El menggenggam erat tangan Al. “Iya sayang aku janji, aku sayang kamu Ella..” Al pun mengeluarkan sebuah kotak kecil dan Al membukanya. Ternyata itu adalah sebuah cincin yang indah sekali.
            “Ella.. Will you marry me?” Tanya Al. El meneteskan airmata dan menoleh kearah orangtuanya, mereka mengangguk begitupun teman-temannya. Dan Ella pun menjawab..
            “Yes, I do..” sambil tersenyum dan meneteskan airmata bahagia. Al memeluk El erat-erat dan semuanya yang hadir bertepuk tangan dan mengusap air mata bahagia untuk pasangan Romeo dan Julliete ini..

Filos…



 

la Belle Template by Ipietoon Cute Blog Design