Pagi buta sudah memanggil aku untuk segera
keluar dari dunia mimpi. Bulir embun pagi yang menjadi akseoris di setiap lambaian
dedaunan. Kicau burung yang selalu menyambut kedatangan sang surya terdengar
sangat merdu. Perlahan sang surya pun menampakan parasnya menandakan bahwa
lembaran baru telah dimulai.
Akhirnya aku
mulai membuka mata, dan sepertinya mataku masih menyiratkan semua mimpi ku
semalam. Dengan sekuat hati aku pun beranjak dari tempat tidur, aku berjalan menuju
sebuah jendela di sudut kamar. Perlahan Ku buka jendela, dan aroma pagi yang
begitu semerbak langsung menghampiri saluran pernafasan ku. Pagi itu sangat
indah hingga mampu membuat wajah yang masih mengantuk ini menyimpulkan sebuah
senyuman.
“Pagi dunia..”
gumam ku.
“Kenzo, sudah
siang, nak. Katanya kamu mau ke kampus nyerahin tugas-tugas kamu?” suara lembut
itu terdengar dari seberang daun pintu kamarku. Ya itu lah sesosok wanita paruh
baya yang selalu menjadi bidadari ku. “oh iya mam, Kenzo udah bangun kok. Kenzo
mandi dulu ya mam.” Jawab ku dengan suara yang masih setengah parau. Aku pun
berjalan menyusuri anak tangga untuk mengambil sebuah handuk yang dijemur Mama
di teras belakang. Setelah itu aku bergegas menuju kamar mandi dan langsung
merasakan air yang mengalir lalu meresap ditubuh ini. Sejuk dan membuat aku
siap untuk menjalani hari ini.
Ketika aku
berjalan menuju garasi, sebuah benda berbulu lembut dan hangat terasa dikaki
ku. Ternyata Jojo menyapa ku dengan salam selamat pagi. Aku pun mengusap kepala
anjing Siberian Husky yang diberikan papa 3 tahun lalu ketika aku berumur 16
tahun. Jojo mengusap kepalanya di bagian tulang kering ku. Dan aku berpamitan
dengan jojo, tanpa buang waktu aku mulai
menyalakan mesin mobil meninggalkan jejak dari kediaman ku.
Jalan sudah
terlihat agak ramai karena jam yang sudah menunjukan pukul 07.30. but you know my heart is true oohh I can’t stop loving you.. lagu yang
menyundut semangatku pagi ini terdengar mengiringi perjalanan ku menuju sebuah
kampus yang terletak di tengah kota. Insitut Pertanian Bogor, di situ lah
tempat ku sehari-hari untuk memperdalam ilmu ku tentang ilmu matematika dan
ilmu pengetahuan alam. Pagi ini aku harus menyerahkan makalah tentang aljabar
dasar.
“Ya, makalah mu
saya terima, akan saya baca nanti. Untuk melihat hasilnya silahkan lihat hari Senin
pagi di mading dekat ruang administrasi.” Suara tegas itu berasal dari dosen
pembimbing ku, pak Doni. “Baik pak, terimakasih. Saya permisi dulu.” Aku
membungkukkan badan dan keluar dari ruangannya.
Tut… tut… tandanya telepon telah
tersambung, aku menghubungi seseorang diseberang. “Hallo Der dimana lo? Gue
dikampus nih, sini dong. Oh iya nanti siang temenin gue ke gramed botani ya,
pengen cari komik naruto terbaru nih. Oke? BĂȘte gue dirumah, nanti abis dari gramed
gue traktir sop buah Pak Ewok deh..” Ucapku sepanjang gerbong kereta kepada
Deri, sahabat akrab ku sejak kecil. “Ya udah,
tunggu gue mandi ya, tunggu dikantin aja di tukang batagor.” Deri yang
sepertinya terbangun kaget karena ada telepon dari ku itu langsung memutus
sambungan teleponnya. Tandanya aku harus segera meluncur ke kantin kampus
tepatnya di tukang batagor favorit aku, Deri, dan.. Sonia, masa lalu ku. Aku memesan
sepiring batagor dan segelas cappuccino hangat untuk mengganjal perutku yang
keroncongan. Jam sudah menunjukkan pukul 08.45 tetapi Deri belum muncul juga, tiba-tiba
terdengar suara yang masih terdengar seperti anak-anak tepat dibelakang daun
telinga ku. Aku menoleh kebelakang dan ternyata itu adalah Sonia. Sonia sampai
saat ini masih mencoba untuk mengembalikan semua keadaan seperti dulu, disaat
hati ku masih terpaut erat di hatinya. Bukan hanya sekali dua kali Sonia
merajuk dan menangis di hadapan ku, iba memang, tapi apa daya. Perasaan ini
sudah bukan miliknya lagi, rasa yang dulunya terasa indah kini telah berubah
dan masih ada segores luka yang belum kering sejak aku mengetahui bukan hanya
aku yang ada di hidupnya, selingkuh, lebih tepatnya di selingkuhi. Perlakuan
yang menurutku tidak dapat di tolerir lagi.
Akhirnya aku mengakhiri semuanya tepat pada saat aku berulang tahun ke
18, dan untukku itu adalah kado terburuk yang pernah aku terima. Setahun lalu
sejak kejadian itu, diri ini selalu terasa panas akibat luka bakar yang melukai cinta ini, maksudnya cintaku. Tapi
waktu pun kian berlalu dan akhirnya aku bisa meninggalkan semua kenangan itu.
Dulu Sonia adalah sosok yang berharga untukku, tapi sekarang ia hanyalah
sekedar hembusan angin lali, tanpa makna, tanpa cerita, dan tanpa cinta.
“Hei Ken,
sendirian aja? Aku boleh duduk disini?” Tanya Sonia sambil memasang wajah
manis. Aku hanya mengangguk dan sama sekali tidak merasakan getaran apa-apa.
Sudah ku tebak ia pasti terus menyerocos tentang masa lalu kita, dan mulai
mendoktrin ku untuk kembali menganggap bahwa Sonia lah yang terbaik untuk ku. “Ken,
aku masih sayang kamu. Aku udah gak pernah berhubungan lagi sama Dewa. Ken kita
bisa kan kaya dulu? Kita mulai semua nya dari awal ken..” Jenuh rasanya aku
mendengar semua perkataan yang terlontar dari mulut manisnya. Lalu aku
mengeluarkan telepon genggam dari saku celana ku, dan langsung mengirimkan
pesan singkat kepada Deri.
Der buruan, males ada nenek sihir nih!
Message Sent.
Pucuk dicinta
ulam pun tiba, akhirnya terlihat juga batang hidung Deri. “woy! Hahaha udah
lama bro? eh ada Sonia, ngapain Son? Ada jam kuliah?” Ucap Deri yang berbicara
pada Sonia tetapi menembak lirikan ledekan kearah ku. Aku mendengus kesal, Deri
Nampak nya puas melihat ekspresi ku dan tertawa kecil. “Iya nih tapi dosen nya
belom dateng, pas ke kantin eh liat Kenzo. Ya udah gue samperin Kenzo aja
kesini.” Jawab Sonia sambil tersenyum kearah ku, aku hanya memasang ekspresi
datar sedatar mungkin. Kiranya ada 30 menit jam ini berdetik, aku memutuskan
untuk pura-pura ke toilet. Alasan belaka karena aku mulai risih sebab Sonia
yang selalu merebahkan kepalanya ke pundakku. “toilet dulu ya guys, mules
hehehe” aku badanku langsung melejitkan menuju toilet. Deri paham akan kelakuan
ku, akhirnya ia yang meladeni Sonia. Dan… Deri sudah tau topic pembicaraan
sepertinya. “Kenzo” nama ku yang selalu menjadi topic pertama mereka. “Kenzo”
sekarang nama ku jadi topic kedua, “Kenzo. Kenzo. Kenzo dan Kenzo” hanya itu
yang mereka bicarakan. Aku berdiri di tengah kerumunan mahasiswa dan mengintip
kearah Deri, wajahnya sudah kelihatan sangat bosan. Aku tertawa kecil melihat
ekspresi Deri, suntuk. Begitulah raut yang tergambar jelas diwajahnya yang
maskulin itu.
Aku melihat jam tangan, waktu
menunjukkan pukul 10.00 WIB, aku
meghampiri Deri dan Sonia. “Der, sekarang aja yuk. Gue mau sekalian cari buku
buat mata kuliahnya pak Doni nih.” Ajak ku yang disambut sumringah oleh Deri.
“loh pada mau kemana? Kok ga ngajak Sonia sih?” Tanya nya manja. Dulu kemanjaannya
itu membuat aku gereget tapi sekarang malah membuat ku makin hilang rasa. “ini
mau nemenin Kenzo cari komik Naruto.” Jawab Deri dengan sok ramah. “yah kenapa
ga siang aja sih? Kan gue bisa ikut..” rengek Sonia. “aduh Son, sorry banget
nih ya siang gue ada acara jadi gue ga bisa. Lagi pula lo kan ada jam kuliah,
yaa lo kuliah aja.” Jawab ku agak sedikit ketus, karena merasa semakin risih
dengan sosok Sonia. “ih mau kemana sih? Kok ga bilang sama aku Ken? Dulu kamu
selalu bilang sama aku.” Rasanya kepala ini ingin meledak karena sikapnya yang…
ah membuat semakin muak.
“Son, kita sekarang udah ga
ada hubungan apa-apa. Lo ga berhak tau semua urusan gue lagi. Hidup kita udah
masing-masing. Sorry, gue udah bilang berulang kali tolong jangan ganggu gue
lagi.” Aku langsung menarik Deri dan Sonia terdengar teriak memanggil nama ku
berulang-ulang hingga banyak pasang mata yang melirik kearah ku. Aku tidak
ingin menoleh, apa lagi membalikan badan untuk kembali dan mendengar semua omongan Sonia. Aku bergegas meninggalkan
kampus.
******
Gramedia Sabtu
siang. Toko buku ini sudah terlihat padat merayap, banyak sekali badan yang
singgah disini. Ada yang membeli buku, ada yang hanya melihat dan membaca saja.
Sesak rasanya di dalam ruangan di lantai dasar ini, AC yang seharusnya bisa
meniupkan angin sepoi jadi tidak terasa selayaknya. Tapi demi seri terbaru
komik Naruto aku rela bertahan. Deri dengan setia menemani ku berjalan
menyusuri setiap rak-rak yang berisi komik.
“Ken, gue ke
starbuck ya, ngopi dulu. Mata masih berat nih, nanti kalo udah selesai, lo
kesitu aja ya. Oke?” aku tersenyum dan menganggukkan kepala tanda aku setuju
dengan pernyataan Deri. “siap boss, gue cari komik dulu ya.” Kami pun
berpencar, Deri menuju starbuck dan aku masih tetap berada di depan
beronggok-onggok komik.
Akhirnya aku
mendapatkan komik terbaru Naruto. Aku pun berjalan mencari buku-buku yang
mencakup ilmu matematika dasar. Ku baca satu per satu buku-buku yang menurutku
lengkap. Aku terus menjamahi isi rak tersebut dengan pandangan yang tetap
terpusat pada isi rak itu. “hmm.. maaf, buku tentang ilmu hukum dimana ya mas?”
suara lembut mengalun ditelinga. Aku menoleh dan langsung terperangah melihat
sesosok wanita berkulit kuning langsat, berambut lurus panjang, dan bola
matanya berwarna coklat muda. Ya Tuhan,
betapa hebatnya Engkau telah menciptakan makhluk seindah ini. Seindah cahaya
malaikat-Mu. “mas? Kok diem? Gak tau ya mas?” suara lembut itu membuyarkan
lamunan ku. “eh, maaf mbak. Iya tau kok. Ada di dekat sini kok, tuh disana..”
jawab ku sambil menunjuk ke satu arah yang
berjarak sekitar 5 meter dari tempat ku berdiri.
“makasih ya
mas, maaf ganggu.” Iya tersenyum sangat manis dan jantung ini rasanya berdegup
lebih cepat dari biasanya. Bahkan lebih cepat dari dulu waktu aku pertama kali
melihat Sonia. “iya mbak sama-sama.” Balasku dengan senyum yang paling manis
menurutku. Sungguh indah ciptaan Mu
Tuhan..
Aku menghampiri sebuah sudut
kotak dimana Deri berada. “Deeerrrr… gue abis liat bidadari! Gila cantik
banget!” aku tak sabar menceritakan sesuatu yang sudah menggantung di lidah
ini. “semangat amat yang abis liat bidadari hahaha emang ngeliat dimana? Ya
ampun disini juga banyak yang bening. Kaya gitu tuh..” Deri mengarahkan
telunjuknya ke seorang wanita mungil berkacamata. “ah itu mah biasa aja, semua cewek kalah deh! Baru
nih namanya bidadari.. coba aja gue..”
Kring.. kring.. dering ponsel Kenzo yang
memotong pembicaraan mereka. “hallo kenapa mam? Aku masih di botani nih.”
Ternyata itu mama. “Mama titip wortel dong Ken, sama susu buat kamu, udah
habis.”
“oke mam, nanti
Kenzo cariin yah. Mau titip apa lagi mam?” Tanya ku lembut. “udah itu aja deh
nak, hati-hati ya. Dadah..” mama menutup
telepon.
Aku pun
melanjutkan cerita tentang bidadari itu. Rasanya mulut ini tidak ingin berhenti
membicarakannya, saking serunya aku bercerita sampai tersedak. Deri tertawa
terbahak-bahak sambil menepuk punggung ku. Sepertinya langit sore sudah
menyapa, sebelum pulang aku terlebih dulu mencari pesanan mama. Belanjaan pun
sudah lengkap, aku dan Deri kembali ke kampus untuk mengambil kendaraan.
“Bro jadi gak
Pak Ewok?” Tanya Deri yang langsung mengingatkan akan janji ku tadi. “hahaha
inget aja lo, ya udah yuk langsung bawa mobil sendiri-sendiri aja ntar gue mau
langsung balik.” Tiba-tiba Deri cengengesan setelah mendengar perkataan ku
tadi. “gue ga bawa mobil hehe nebeng ya mas Kenzo”
“Dasar, ya udah
yuk naik. Keburu kemaleman kasian nyokap. Adik gue lagi nginep dirumah
temennya.” Mobil pun berjalan ke sebuah istana nya sop buah. Sepanjang jalan
senyuman wanita itu membuat pipi ini memanas dan memunculkan hasrat untuk terus
tersenyum. Deri hanya bergeleng kepala saat melihat kelakuan ku seperti anak
SMA kasmaran. Deri membesarkan volume music di mobil dan mulai bernyanyi bak
sedang berada di konser tunggalnya.
*******
Kriiing.. kriiing… “hallo dek? Ada apa?”
Kenzi seorang gadis berumur 15 tahun dengan postur tubuh mungil, berbibir tipis
dan merah. Itu adalah adik semata wayangku, sebut saja panggilannya Zizi. “Mas
jemput aku dong, aku mau pulang nih. Tadi katanya papa gak bisa jemput, terus
di suruh telepon mas Kenzo.” Jawab gadis yang sangat ku sayangi itu. “ya udah
tunggu ya, mas anterin bang Deri dulu. Nanti mas langsung kerumah temen kamu.”
“Der, balik yuk
adik gue udah minta jemput nih. Bokap kayanya balik malem makanya ga bisa
jemput doi.” Tanpa basa basi yang panjang, aku dan Deri ke kasir lalu membayar
semua. Kami pun pulang melewati taman Surya Kencana, taman dimana aku dan Deri
selalu membeli bubur ayam setiap minggu pagi sejak kami kelas 2 SD. Deri
Indrawan, seikat raga yang selalu setia menemaniku. Suka duka bukanlah suatu
hal penting untuk kami berdua. Yang sangat kami nomor satukan adalah
“Kebersamaan”. Seperti janji kita 13 tahun lalu, tepat pada usia 6 tahun.
“Kenzo, janji ya kita sahabat selamanya?” Tanya Deri sambil mengajak ku untuk
mengikrarkan jari kelingking. “Janji Deri, janji kelingking. Yang penting
kebersamaan..” aku mencoba menggapai kelingking mungil Deri. “kebersamaan..”
ucap kami berdua dan mengikat dua kelingking ini dengan erat. Dan sampai saat
ini jani itu selalu kami pegang teguh.
“Ken, lo kenapa
sih kayanya benci banget sama Sonia. Dulu aja lo sayang banget kayanya sama
dia.” Deri mengacaukan nostalgiaku tentang 2 pria kecil yang mengikat
kelingking mereka. “aduh lo apaan sih Der, kenapa harus bahas itu? Lo kan tau
gue paling ga bisa tolerir kalo udah di selingkuhin. Gue juga udah flat banget
sama Sonia. Stop bahas itu dong.” Tanpa gairah aku mendengar sebuah nama itu
“Sonia” masa lalu yang lagi-lagi mencoba meracuni otak ku lagi. Cukup, semua
hanya masa lalu. “yeee gitu aja sewot, akika sun nih..” canda Deri yang meledek
dengan bibir manyun 3 cm itu. Aku bergidik geli, dan serentak kami terpingkal.
“udah sampe nih
bro thanks ya..” Deri membuka pintu mobil, dan langsung menutupnya kembali. Aku
membuka jendela, selanjutnya melambaikan tangan kearah Deri bagaikan nyiur di
pantai yang melambai kepada sang ombak. Selanjutnya, rumah teman Kenzi. Mobil
melaju ke suatu komplek perumahan di daerah Ciheuleut, Villa Duta lebih jitunya.
Berhenti lah aku disebuah rumah berpagar hitam, terlihat sangat elegan.
Pilar-pilarnya penuh ukiran romawi. Jendela nya memanjang, kacanya mengkilat
bersih.
“Nanti nginep
lagi ya Zi. Hati-hati” ucap Putri teman baru Zi di SMA. “Iya nanti aku nginep
lagi deh salam ya buat kakak Angel, ayah, sama bunda kamu.” Balas Zi sambil
memeluk Putri erat.
Angel.. kenapa jantung ini tiba-tiba
bergendang sangat cepat? Bahkan aku tidak tahu siapa itu Angel. Tapi namanya
terdengar lebih dari indah. Nama yang merasuk sanubari itu langsung mengalir ke
serluruh vena yang ada. Angel..
“Mas ini Putri,
sahabat baru Zizi di SMA.” Suara Zizi menjadi aral melintang ke sekian kalinya
dalam lamunan ku. “oh hai Putri, aku Kenzo kakaknya Zizi. Makasih ya Zizi udah
boleh nginep, maaf ya kalo ngerepotin keluarganya Putri..” Aku coba lemparkan
sebuah senyuman kepada putri. “kakak kamu ganteng banget ya Zi.” Ucap Putri,
yang dimatanya seperti terpancar ribuan gelembung hati berterbangan kearah ku.
Aku menggaruk kepala ku yang sebenarnya sama sekali tidak gatal.
”Zi.. jam
tangan kamu ketinggalan nih sayang..” aku melihat seberkas cahaya datang ke
teras rumah bercorak romawi ini. “Eh kak Angel. Makasih ya kak aku lupa tadi
hehe” Wanita itu terlihat sangat bersinar, saat ia menengadahkan kepalanya
kearah ku.. sungguh nadi, jantung, apa lagi nafas ku tak lagi bertempo. Angel.. ternyata dia bernama Angel. “mas
yang tadi di Gramedia kan?” Tanya nya yang membuat pembuluh darah ini seakan
membludak. “I.. iya, mbak yang tadi cari buku hukum ya?” jawab ku agak terbata.
“Iya betul, kenalkan nama ku Angel.” Angel menyodorkan jemari lentiknya kepada
ku, aku meraih jemari nya yang langsung terbenam karena tertutup jemari ku.
“Kenzo.” Saat aku menjawab ia menyimpulkan senyum bak seorang bidadari. Senyum
nya merekah indah menghiasi bibir tipis yang berwarna merah jambu. Aku membalas
senyuman itu dengan senyuman tertulus yang pernah aku lontarkan.
“Kamu kuliah
dimana Ken?” Tanya Angel. “Oh aku di
IPB, kamu dimana?” Jawab aku yang masih saja merasakan gugup. “Wah keren,
jurusan apa? Aku di PAKUAN.” Jawaban yang sangat memuaskan ku karena Angel
memberikan senyuman manis itu lagi. “Aku MIPA, kamu jurusan apa?” Senyuman itu
masih saja berada di tempatnya. “Aku ambil hukum..” Bibir ku membulat membentuk
huruf O kecil dan mengangguk.
Tak terasa detik jam terdengar
semakin kencang seakan mengingatkan bahwa sekarang sudah menginjak pukul 20.00
WIB. waktu terasa sangat cepat saat aku bertukar
1001 cerita dengan Angel. Putri dan Zizi berdehem mengejek kami berdua yang
rasanya sudah akrab sekali. “by the way udah malem nih, aku pulang ya Ngel.
Nanti main lagi deh kesini.” Pamitku kepada Angel, zizi yang mendengarkan
percakapan kami langsung berjalan kearah ku. Putri dan Angel mengantarkan
sampai ke depan gerbang. Saat tangan ini sudah melambai dan senyum ku sudah
tertarik semaksimal mungkin Angel memanggil nama ku dan berkata “Ken, Hati-hati
ya..” rasanya aku mendapat tiupan angina surga. Angel, andaikan kita…
******
“Cie elah hp mulu nih
kayanya.” Ledek Deri saat memergoki aku sedang berkirim pesan dengan Angel.
“Apaan sih lo Der, biasa aja kali.” Jawab ku sok dingin, padahal agak sedikit
deg-degan juga. Ya aku dan Angel sudah dekat sekarang ini. Dimulai dari aku menjemput
Zizi kerumah Putri, adik Angel. 2 hari setelah itu, aku mencoba memberanikan
diri untuk menghampiri Angel di kediamannya. Kami bertukar nomor handphone, dan
sampai sekarang ini komunikasi kami berjalan sangat lancar, apalagi ditambah
adanya dukungan dari Putri dan Zizi. Dua gadis kecil yang bisa dibilang
berjasa.
Ingin rasanya aku
mengungkapkan semua perasaan yang selalu meluap-luap ini. Tapi waktu belum
mengizinkan ku untuk melakukannya. Lagipula aku dan Angel baru saling mengenal
1 bulan belakangan ini. Angel, bidadari yang bisa memberikan warna baru di
hidupku. Semua nya terasa lebih indah, setiap hari Angel selalu menari dengan
elok dipikiran ku. Sudah banyak gencatan yang mengomandokan ku untuk segera
menyatakan cinta. Tapi, aku belum berani untuk itu. Ku rangkai rapih semuanya,
sampai waktu membuka izinnya untukku.
******
“Kenzo!” terdengar suara tak
asing saat aku melintasi sebuah lorong di kampus ku. Aku mengacuhkan suara itu
tapi ada sepotong lengan yang menarik ku. “Kenzo, kamu lagi deket sama cewek?
Sama anak PAKUAN?” aku melanjutkan langkah ku, tapi Sonia selalu menghalangi
ku. “Kenzo jawab aku!” suara memaksa itu membuat gemas ingin menerkam, sayang
dia adalah sosok yang harus aku muliakan, wanita. Akhirnya ku jawab pertanyaan
itu “bukan urusan lo.” Lengan itu terus menarik paksa. “kenapa sih lo? Iya gue
lagi deket sama cewek anak PAKUAN namanya Angel. Puas? Udah gue jawab kan?
Sekarang awas gue mau lewat.” Aku menepis lengan itu, terdengar ocehan yang
terus mengarah ke telinga ini. Tapi aku tak peduli, terus melanjutkan
langkahku. Sekarang hidup ku Angel, bukan
Sonia.
“Hallo Ngel, pulang kuliah jam berapa? Aku
jemput boleh?” ucapku pada Angel yang ada di sambungan telepon. “Hmm.. jam 3
deh kayanya, boleh sih tapi ngerepotin kamu gak Ken?” yes, lampu hijau. Aku
berniat untuk menembakan panah asmara ku hari ini. Semoga semua berjalan
lancar. Harapku.
Pukul 3 kurang 5 menit aku
sudah stand by di parkiran kampus bidadari ku, Angelica Isabelle. Nama itu
bahkan lebih indah dari nama bidadari di surga. Dag.. dig.. dug.. jantungku
berirama cepat ketika melihat tubuh wanita cantik berhati lembut. “hei udah
lama ya?” Tanya Angel yang sedang membenarkan posisi duduknya. “enggak kok,
santai aja. Yuk makan sekarang ya.” Angel hanya mengangguk dan tersenyum
mengikuti mau ku. Mobil mulai melintasi lalu lintas yang padat, menuju salah
satu rumah makan lesehan Sunda yang berada di daerah Pajajaran.
Tanpa sadar ternyata ada
sebuah taksi yang menguntit mobil ku. Dan itu adalah Sonia.
“mau pesan apa Ngel?” Tanya ku
sesampai di Saung Mirah. “terserah, samain kaya kamu aja deh.” Aku pun
memutuskan untuk memesan 2 potong ayam bakar dengan sambal hijau. Makanan sudah
tersaji diatas meja, aku dan Angel mulai melahap hidangan tersebut.
Ditengah-tengah kami menikmati hidangan tersebut, ada sosok tak diundang yang
sangat mengejutkan kami. Sonia.
“Baby Kenzo, ternyata cewek
ini selingkuhan kamu? Kamu kan pacar aku Ken..” ucap Sonia yang langsung
memeluk ku. “Ih apaan sih lo? Kampungan tau gak?! Denger ya gue sama lo udah
putus dari setahun yang lalu!” aku mengelak dari pelukan erat itu. “ken kamu
lupa ya kita kan baru balikan tadi.” Angel terlihat sangat kecewa, tetapi ia
mencoba untuk tersenyum walaupun sangat terpaksa. “Ken, maaf ya aku pulang
duluan gak aku ganggu kamu. Permisi.”
“Angel! Tunggu denger aku dulu
Ngel dia bukan siapa-siapa aku. Angel!” aku mencoba mengejar jejak Angel yang
melangkah sangat cepat. Namun langkah ku terlambat, Angel sudah menaiki sebuah
taksi dan langsung pergi meninggalkan tempat itu.
“Aku pulang sama kamu ya Ken?”
pinta Sonia manja, “Sorry gue gak bisa.” Aku langsung menyalakan mesin mobil.
Beberapa kali aku menghubungi nomor Angel tetapi hanya terdengar suara operator
yang menandakan handphone Angel tidak aktif.
******
Tiga bulan bergulir begitu
cepat. Langit malam ini hitam pekat, tanpa ada bulan dan bintang yang menghiasi
angkasa. Angin berhembus kencang membuat bulu kuduk ini merinding kedinginan.
Seburuk-buruknya malam ini tak seburuk sore itu bagiku. Tiga bulan sudah tanpa kabar
berita dari Angel. Ku coba untuk menyampaikan maaf ku lewat Putri, tapi kata
Putri, Angel hanya tersenyum tanpa mengatakan sepatah kata pun.
“Mas.. jangan sedih terus
dong.” Zizi menghampiriku di balkon. Tangan mungilnya melingkari tubuhku,
hangat, dan membuat ku sedikit lebih tenang. “mas Zizi pernah nonton film
percintaan. Ceritanya sama kaya Mas Kenzo dengan kak Angel, rumit. Tapi si
cowok memperjuangkan cinta nya dengan segala cara mas. Ia tidak langsung
berhasil, si cowok sampe jatuh bangun mas. Sampai akhirnya cinta mereka berdua
berakhir indah.”
“makasih ya dek, aku gak sedih kok.” Ujar ku
sambil mengusap rambut halus Zizi. “ya udah, mas Kenzo istirahat gih udah
malem. Zizi juga mau istirahat nih. Malam mas Ken..” Zizi mengecup pipi kiri ku
dan langsung meninggalkan balkon.
“sampai
akhirnya cinta mereka berakhir indah..” kata-kata itu terus
mengelilingi tempurung ini. Cinta itu gak
akan ada akhirnya Ngel, karena cinta ku buat kamu gak akan pernah ada akhirnya.
Aku janji perjuangin semua Ngel.
Tanpa sadar mata ini terpejam,
lelap, terbuai mimpi indah tetang bidadari ku. Bidadari Ciheuleut, Angel.
******
Hari ini hari Sabtu, sama
seperti hari pertama kali aku bertemu Angel. Suasana hari ini sangat cerah.
Sang surya tersenyum bersahabat. Awan-awan memayungi kota Bogor. Pohon-pohon
menjulang tinggi mentransferkan berton-ton oksigen. Aku sudah bersiap-siap
untuk memperjuangkan cintaku. Aku akan pergi ke Villa Duta, kediaman
bidadari ku. Mobil ini sudah berjalan
pelan meninggalkan pagar rumah. Tiba-terdengar suara Zizi dan Jojo yang
memberikan semangat untuk pejuang cinta ini, aku, Kenzo Aditya. Aku tersenyum
hangat, mereka membalas. Senyuman ini menyulutkan rasa percaya diri ku. Aku dan
Deri bergegas menuju Cileuheut. Bidadari Ciheuleut.
Di tengah perjalanan, awan
hitam bermunculan dan membentuk tumpukan-tumpukan. Kilat menyilaukan pandangan
ini. Suara petir bergemuruh membuat kuduk berdiri. Hujan pun turun dengan
lebatnya. Suasana menjadi sangat gelap, tapi tidak sedikit pun mengurungkan
niat untuk memperjuangkan cinta ku. Akhirnya aku sampai di kediaman Angel.
Hujan masih mengguyur deras kota Bogor.
Ngel,
aku di depan rumah kamu.
Message
Send
Ku tunggu hampir 1 jam tapi
belum ada balasan juga, akhirnya aku bertekad untuk keluar dari mobil dan
menunggu angel di depan gerbang romawinya. “eh jangan keluar Ken ujan deres!”
cegah Deri tetapi Ken mengacuhkannya. Ternyata Angel melihatku dari celah
jendela kamarnya. “Ngel aku sayang kamu!
Demi Tuhan Sonia Cuma masa lalu aku. Yang aku cinta sekarang Cuma kamu ngel!
Ngel aku tau kamu denger aku kan? I love you Ngel!” teriak ku tepat dibawah
jendela kamar Angel, tapi Angel tak kunjung turun juga. “Ngel aku janji disini terus sebelum kamu temuin aku.” Aku
mematung di depan rumah Angel, hujan yang mengeroyok raga ini sama sekali tidak
ku hiraukan. 2 jam sudah aku berdiri disini, hujan mulai mereda. Tetapi badan
ini mulai menggigil, badanku terasa membeku. Demi kamu Angel.
Aku tetap bertahan pada posisi
diam, sampai akhirnya Angel berlari menghampiri ku. Angel termenung menatap
dalam mata ini. Kilatan matanya membuat tubuh ini lemah, tatapan dalam itu
terasa sangat dalam. “Ken, apa yang kamu bilang semua nya bener? Kamu
bener-bener cinta sama aku?” Tanya Angel sambil menahan tangis. Tanpa kata
apapun aku hanya mengangguk menahan dingin. “kamu janji cinta terus sama aku?”
lagi-lagi aku hanya mengangguk dan gigi ini saling beradu karena menggigil
hampir beku. “coba ungkapin semuanya lagi!” pinta Angel, lidah yang sudah kelu
ini ku paksa kan untuk berucap. Walau terbata setidaknya kata-kata yang keluar
masih terdengar jelas. “a..aku..ci..ci..cinta kam..u Angelica Isabelle.”
Angel mengusap pipi ku dengan
lembut air mata berlinang, airmata Angel bagaikan butiran mutiara yang jatuh.
Angel langsung mendekap tubuh beku ini. “Aku juga cinta kamu Ken. Aku cinta
kamu.” Tuhan.. mimpi apa aku semalam?
Hujan deras hanya tinggal
rintik gerimis, sang surya pun hadir untuk menghangatkan suasana yang beku. Dan
munculah pelangi yang sangat indah, aku mengecup kening Angel dan ku peluk
lebih erat lagi. “I love you Bidadari Ciheuleut..” ucap ku, Angel tertawa kecil
dan berkata, “I love you too Pangeran Kenzo.”
Deri yang menyaksikan drama
romantic dari dalam mobil, langsung keluar dan memberi selamat kepada sahabat
sehidup sematinya, aku. Deri ikut bahagia karena aku berhasil memperjuangkan
cintaku. Sekarang bukan hanya janji kebersamaan yang harus aku teguhkan tetapi
janji untuk terus mencintai Angel selamanya. Suasanya berubah menjadi haru
bahagia. Akhirnya sejak hari itu, Angel menjadi milikku.
Aku
janji jaga kamu terus Ngel, I Love U bidadari Ciheuleut..
0 comments:
Post a Comment