Pagi ini sang surya bersembunyi dibalik awan,
kicau burung menyapa tanpa semangat. Desah angin meniup helaian rambut ini. Aku
disini termenung menghadap karya Tuhan. Dia disana menghinggapi sebuah sudut
menatap langit milik Tuhan. Duduk terdiam dan dingin terasa menusuk hingga
rusuk.
Masih sangat jelas gambar wajah itu semalam, masih
terasa sangat hangat dekapan erat yang melingkari tubuh dingin. Masih ku ingat
senyum manis yang menghiasi pandangan mata. Terus terngiang belaian suara
lembut yang membuai daun telinga.
Kini kata dua sudah menjadi satu. Kedua batin
berteriak lantang akan secercah cinta. 2 hati yang berpasangan jadi satu enggan
melepaskan pelukannya. Genggaman erat 2 jiwa mengokohkan surga cinta. 2 suara
mengucapkan satu ikrar cintanya. Segetar gelombang hangat menyentuh 2 palung
hati. Kita adalah 2 cinta yang berpeluk menghangatkan surga.
Jarum jam terus berputar, terdengar suara detik
yang berirama. Seiring menua nya hari cinta ini semakin terasa mengekal. Cinta
yang tak pernah bisa ku tolak panggilannya. Cinta ini selalu menyerukan tentang
kita. Tentang kita yang selalu mengukir bahagia di setiap garis kehidupan. Cinta
kita yang selalu melantunka syair-syair indah hingga kita terbuai dalam suasana
hangat menenangkan.
Tapi entah mengapa sekarang cinta ini bungkam. Tak
lagi seceria dulu. Cinta yang selalu tumbuh terasa mengiris tajam. Terdiam
untuk menahan semua yang aku rasakan. Pedih, ingin rasanya aku berteriak sekuat
tenaga ku. Ingin ku luapkan semua yang aku rasa. Semua yang aku rasa tentang
kita. Kita yang tak lagi sama.
Ku mendengar teriakan batin mu yang mengeluh
kesakitan. Suara itu menyilet kalbuku, membuat pelupuk ini dibasahi bulir-bulir
air bening yang bersusulan lalu berjatuhan. Ingin rasanya aku memeluk tubuh itu,
tubuh yang menyembunyikan semua perasaannya, perasaan kita.
Entah sampai kapan kita seperti ini,
menyembunyikan perasaan yang terus menggebu. Akan kah kita terbit kembali di
mata setiap insan? Akan kah semua bisa menerima kita yang saling bergenggaman
ini? Harus kah aku menunggu hembusan angin mengatakan iya? Berapa panjang waktu
yang harus aku habiskan untuk menunggu? Hingga aku lapuk dan menua? Jika memang
itu jalan untuk kita, akan aku tempuh walau harus ditemani air mata.
Sesak dadaku menahan semua rasa yang terus menjerit dipanah kerinduan. Cinta bisakah kau dengar aku? Bisa kah kau rasakan aku? Bisa kah kau toleh sebentar melihatjiwa yang mulai merenta ini? Aku masih menunggu mu cinta.
Ku tengadahkan tangan sambil merajuk doa, Tuhan.. kapan cinta itu bisa ku dekap lagi? Kapan tawa itu bisa obati pedih ku lagi? Kapan suara lembut itu bisa membuai mimpiku lagi? Kapan jemari itu dapat ku genggam lagi? Harus kah aku menyaksikan kebungkaman cinta ini dalam waktu yang lama, Tuhan? Tak melihat kah diri Mu akan hamba yang sangat tersiksa? Aku mohon Tuhan, kembali kan cinta ku.
Angin malam seakan membelai halus pipi ini, seakan ia mengucap doa untuk kita. Dedauan yang terusik angin pun seakan sedang berdoa akan cinta ku, cinta kita. Kini dinginnya angin malam hanya dapat ku nikmati tanpa dekap hangat mu. Cinta, aku rindu pelukmu..
Ku coba untuk memejamkan mata, berharap kita bertemu dalam mimpi yang indah. Dan ketika aku terbangun aku berharap, mimpi itu adalah nyata. Selamat malam cinta..
0 comments:
Post a Comment